Mohon tunggu...
muslimah_pesisir
muslimah_pesisir Mohon Tunggu... Full Time Blogger - berkarya untuk allah

"TiDak AdA isTiraHat sETelah inI" 😍😍 ~~zahra_tsabita or muslimah_pesisir~~

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kesuksesan Beracun "Zaman Now"

14 Juli 2018   23:19 Diperbarui: 14 Juli 2018   23:56 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: Zahra ' Tsabita

Ambisi, gairah, semangat, tujuan memang dibutuhkan dalam setiap hembusan nafas dan aliran darah kita.

Jika kita mengacuhkan mereka maka bersiaplah untuk menjalani kehidupan yang membosankan penuh kesengsaraan. 

Jadi jangan pernah mengabaikan keteraturan dari hidupkan atas keberadaan mereka dalam hidup kita.

Walau begitu kita masih harus menjaga nilai positif atau kebenaran dan menyingkirkan segala hal negatif atau nilai yang bersebrangan dengan kebenaran yang ada didalam hidup ini.

Caranya hanya dengan hanya berpikir positif alias hanya mengadopsi nilai-nilai yang benar untuk bersarang pada akal dan berubah menjadi pemahamanan yang slalu distandarkan pada nilai-nilai Islam. 

Dengan begitu segala hal negatif-negatif itu akan ngacir menjauh dari kehidupan kita. Mari bersama sediakan payung sebelum hujan. 

Memang terlalu naif jika kita berjalan disamudra kehidupan tanpa memiliki prinsip hidup. 

Tolonglah, ini bukan negri dongeng yang berakhir happy anding. Ini era milenial yang tau sendiri "kengerian" didalamnya. 

Akhirnya yang dibutuhkan adalah "kesiapan mental" untuk menaklukan segala hal dihadapan kita dengan benar dan menang.

Jangan pernah lenggah sedetikpun untuk memperbaiki ataskekacauan akibat kesuksesan yang beracun imbas dari era milenail ini. 

Kecangihan sains dan teknologi namun tak mengandeng moralitas manusia. Sehingga munculah jurang besar antara kecangihan teknologi dan krisis identitas alias kesuksesan yang beracun itu.

Ditandai dengan kecangihan sains dan teknologi yang telah mampu membantu kehidupan manusia diarea domestik hingga area publik. 

Tapi sayangnya tidak berbanding lurus pada pertumbuhan moralitas umat manusia. Justru kondisi moral makin mengkhawatirkan dari hari kehari. 

Bahkan makin merosot kejurang kehancuran sebagai makhluk yang berakal, makhluk sempurna bernama manusia.

Atau mungkinkah ada kesengajaan pada era milenial yang berbanding lurus dengan kondisi krisis moralitas saat ini? 

Yang menjadikan manusia seperti robot yang bernyawa yang memberontak dengan keadaan, karena belum siap dengan era kemajuan sains dan teknologi sehingga terkesan "dipaksa" lawan dari kondisi alamiah. 

Memang harus diakui bahwa kita belumlah siap secara matang untuk menghadapi era teknologi dan era informasi ini karena memang sedari awal belum menyiapkan secara sungguh-sungguh dan belum terorganisir sebagai kesiapan bangsa dikonstelasi politik teknologi dunia.

Jelas ini bencana yang telah menimpa umat manusia, bencana besar yang melilit umat manusia. bencana yang terlihat mencolok, Ada logika terbalik yang kental dirasakan oleh para kalangan pemikir yang peka terhadap keganjilan yang direkayasa secara sempurna.

Semua tentu tidak bisa dibiarkan. Semua belum terlambat, masih ada kesempatan untuk memperbaiki kejangalan yang terdistribusi merata ini. 

Tentu kita harus bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjan rumah ini. Kita harus mendeteksi muara masalahnya dan mencari solusi yang bisa membawa pada jalan keluar yang kita butuhkan demi mewujudkan kehidupan ideal yang membahagiakan dan mensejahterakan, impian kita untuk negri ini.

Formulasi awal yang dibutuhkan adalah menginstal identitas manusia yang merdeka atas penjajahan dalam bentuk apapun. kita harus kembalikan pada fitrah kita sebagai manusia. 

Sifat kemanusian kita yang menghantarkan pada kebutuhan terhadap kekuatan tanpa batas dan kekal abadi yang bersumber dari dzat yang mencipta dan mengatur alam, manusia dan kehidupan sebelum dan setelahnya.

Pondasi keimanan kita pada Allah memang akan menjadi dasar identitas kita sebagai manusia yang merdeka dari kepentingan "rasa manusia". 

Tapi tujuan kehidupan kita hanya diperuntukkan kepentingan Dzat dibalik alam, manusia dan kehidupan yakni Allah SWT Selebihnya dusta.

Jika sudah begitu, jelas kita akan mensejajarkan segenap potensi diri dengan segala hal yang berhubungan erat dengan yang namanya karya anak bangsa. Termasuk kecangihan sains dan teknologi. 

Semuanya merupakan persembahan terbaik atas iman dan kepentingan pengabdian pada Allah SWT. 

Memang benar bahwa dorongan tertinggi yang tak bisa terkalahkan adalah suara keimanan itu sendiri. Inilah yang kita butuhkan.

Semuanya akan dijalankan dengan suka cita dan semangat membara tanpa embel-embel kepentingan rasa manusia yang menjadikan uang sebagai orentasi atas karyanya. 

Jika iman telah dijadikan prinsip dan identitas diri maka peradaban manusia akan siap menyongsong kecangihan sains dan teknologi tanpa kesuksesan yang beracun itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun