Mohon tunggu...
Nanda Yogisvara
Nanda Yogisvara Mohon Tunggu... -

aku ingin mendapat cahaya dan menjadi cahaya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Cinta Untuk Diana

24 Agustus 2011   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:30 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan turun ikut membasahi hati yang memang sudah meneteskan air mata. Hati ini lebih sering menangis dibandingkan mata lelakiku. Iaselalu malu untuk jujur kalau ia memang tengah rindu pada perempuan itu. Rindu wajah cantiknya yang melayukan rumput-rumput liar yang tumbuh dihatiku. Rindu pipi tirusnya dimana waktu itu tanganku selalu berselancar lembut dengan gembira. Rindu bibir merah tipisnya yang selalu menari manja di bibirku ketika kami sedang melakukan ritual cinta.

Mata lelakiku ingin menunjukkan image-nya sebagai lelaki yang tidak boleh cengeng. Tidak boleh ada pecahan-pecahan air mata, apalagi hanya karena seorang perempuan. Airmata karena perempuan adalah sesuatu yang haram. Egois sekali memang, cenderung munafik, tapi yah begitulah… aku harus mampu.

Hujan yang turun sudah berkurang volumenya. Aku masih betah duduk di depan laptop dan memandangi wajah orang yang kurindukan. Hampir setiap hari aku melihat profil facebook-nya. Kadang aku memohon kepada iblis agariblis mau mengahancurkan hubungan mereka. Aku selalu cemburu melihat status hubungan mereka yang “bertunangan”. Apa karena lelaki barunya itu dia tidak mau menerima permintaan pertemananku di facebook. Entahla… yang pasti aku tak akan menyerah untuk mendapatkan kembali sapaannya. Hanya itu yang kuinginkan.

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul delapan malam. Aku berdiri untuk mengambil secarik kertas dari binder untuk menulis surat. Besok aku akan kembali mengirimnya kepada Diana. Dia memang tidak pernah membalas suratku. Tapi aku tidak perduli, aku percaya suatu saat dia pasti akan membalasnya.

Sebenarnya aku masih tidak mengerti kenapa dia begitu membenciku sekarang. Padahal dulu kami pernah berjanji untuk tidak saling membenci meskipun hubungan kami bakalan putus karena jarak yang jauh. Ya… sekitar setahun yang lalu aku meninggalkan kampungku, meninggalkan perempuanku karena aku diterima kerja sebagai asisten produser di stasiun tv nasional di Jakarta.

Kutulis beberapa kata yang menurutku indah agar dia mengenang kisah kami. Apalagi ini tanggal 20 september. Empat tahun yang lalu ditanggal ini aku berhasil mengemut bibir merah tipisnya. Sebuah memori indah yang tidak mungin aku lupakan, karena ciuman itu aku dapatkan setelah kami berpacaran selama setahun. Aku harus menunggu setahun untuk bibir merah tipis itu.

“WOOY…” Aku dikagetkan oleh Yeni yang sekonyong-konyong masuk ke kamarku.

“Masih aja lo nulis surat. Kaya’ zaman kakek kita sebelum disunat.”

“Ah resek lo. Ini bukan tentang zaman cunk. Zaman tidak akan mempengaruhi kesan dari sebuah surat cinta. Gue yakin, kalau lo dapat surat cinta, perasaan lo juga pasti sumringah. Surat cinta itu alat dokumentasi yang paling indah. Kapan lo mau baca lo bisa baca, pas tiduran, kekamar mandi, ok. Gak ribet. Dan intinya… lebih berseni.”

“Dan intinya… surat lo juga kagak pernah di balaskan? Sama siapa…? Diana ya? Hehehe… da ah. Ni gue bawain makanan. Lo pasti belum makan. Yaudah lo lanjutin noh ritual udik lo. Gue mau balik dulu. Daa… jelek.”

“Makasih…” jeritku sambil menyimpan makanan pemberiannya. Rumah Yeni tiga pintu ke kiri dari rumahku. Kami tinggal di rumah susun modern.

Aku kembali berkonsentrasi untuk merangkai kata, tidak peduli harus dikatain udik oleh sahabatku tadi. Aku yakin dia hanya cemburu. Iri karena pacarnya tidak pernah mengirimnya surat cinta. Mereka hanya mengobrol di telepon, sms, sekali-kali menggunakan fasilitas 3G, webcam, skype, dan fasilitas modern lainnya. Benar-benar tidak original. Aku bukan anti teknologi, tapi aku tidak ingin teknologi menguasaiku, terlebih mendominasi urusan cinta. Cinta harus diperlakukan dengan seni. Didalam cinta ada senirupa, dimana kita harus mengolah, dan membentuk cinta. Ada juga seni musik, kau harus bisa menciptakan syair-syair cinta dan menyanyikannya dengan segenap cinta. Dan seni dokumentasi, yaitu menyimpan semua kenangan tentang cinta agar cinta abadi tersimpan di hati. Di dalam surat cintalah semua aliran seni berkumpul, menyatu, dan bersinergi membentuk energi dahsyat yang tidak bisa digantikan oleh teknologi modern saat ini.

Akhirnya selesai juga suratku. Kumasukkan surat ini kedalam sebuah amplop cokelat. Aku tak pernah tergoda untuk menggunakan amplop berwarna lain, karena bagiku cokelat adalah maskulin, selain itu juga mewakili genderku. Kuletakkan amplop itu di atas meja.

Aku berdiri menuju jendela. Kubentangkan pandanganku ke semak-semak indah di langit. Hujan sudah dua jam yang lalu berhenti sehingga bintang-bintang sudah berani eksis kembali untuk memanjakan mata fans-fansnya. Aku teringat perkataan Diana, “jika kau merindukanku dan kita tidak bisa bertemu karena sesuatu hal, pandanglah ke arah langit yang penuh bintang, hayalkanlah wajahku yang bersinar yang sedang tersenyum melihatmu. Balaslah senyumku.Mudah-mudahansenyummu juga terlintas di benakku ketika aku melupakanmu karena kegelapan yang menyerangku.”

Kulakukan ritual itu, kulihat wajahnya bersinar dan tersenyum melihatku. Dia cantik sekali, jauh lebih cantik dari Diana setahun yang lalu. Aku pun membalas senyumnya dengan senyum kerinduan. Kukeluarkan semua lemak-lemak rindu yang menumpuk dihatiku. Ajaib… beban rindu itu berkurang. Aku tak sabar untuk mengundang matahari datang. Bukan ingin menghancurkan wajah Diana yang masih bersinar bersama bintang, tapi aku ingin segera ke kantor pos untuk mengirim surat cintaku. Aku yakin kali ini dia pasti akan membalasnya..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun