Takbir kemenangan masih bergema. Suara petasan  pun tak ketinggalan. Bersaut-sautan turut menyambut kemenangan. Umat Islam kembali ke fitrah. Selesai sholai Ied, semua jamaah kembali ke rumah masing-masing dan tak lupa bersalaman untuk saling memaafkan. Biasanya, sebelum sampai dirumah, kami sekeluarga mengunjungi rumah-rumah tetangga bersalaman untuk saling bermaaf-maafan. Tua muda tak pandang usia saling berucap "Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin."
Suasana bahagia dan ceria. Jika pun ada air mata, itu adalah air mata haru karena kita masih diberi umur yang panjang hingga dapat bertemu kembali dalam suasana fitrah. Semua sampai pada waktu saling menanggalkan emosi, ego, untuk saling memaafkan. Yang muda banyak khilaf dan dengan kerendahan hati meminta maaf. Yang tua menyadari, bahwa khilaf adalah milik manusia. Dan dengan jabat tangan bersalaman, semua khilaf lebur. Semua dosa melebur bersama ikhlas saling memaafkan.
Mumpung lebaran, berpapasan dengan siapapun, saling bersalaman. Saling lembar senyum dan saling tanya kabar. Ditambah lagi dengan aroma wangi sepulang dari masjid. Dan kemeriahan beraneka baju yang dipakai oleh setiap orang. Serba baru, serba wangi, dan yang jelas ada aroma "kepo" disela-sela jabat tangan yang selalu hadir menghiasi kemeriahan suasana lebaran.
"Loh, kamu kapan datang."
"Sekarang kerjanya dimana."
"Sampai kapan liburnya."
"Enak ya kerja di kota besar."
"Gajinya berapa sekarang."
"Tambah cantik aja ya sekarang."
Semua pertanyaan diatas sangatlah mudah untuk dijawab. Pertanyaan yang datang silih berganti. Pertanyaan yang diucapkan oleh teman, tetangga, kerabat, dan handai taulan yang sudah lama tak bertemu. Dan mungkin merasakan ada yang lain atau berbeda pada diri saya. Dari semua pertanyaan itu, selalu ada jawaban dari mulut saya. Saya jawab dengan enteng dan sekenanya saja asal menjawab. Namun, saat tiba pada satu pertanyaan, itu membuat lidah saya kelu, kaku, mati kutu, dan sedikit menyesakkan.
Dan pertanyaan terakhir yang sedikit menyesakkan itu adalah
"Kapan nikah? Sudah punya calon belum? Mana? Kok gak diajak?"
OMG....
Itu lagi, dan itu lagi. Pertanyaan terakhir yang tak bisa saya jawab setiap lebaran tiba. Memang, satu tahun sekali pertanyaan itu muncul. Dan, saya tidak suka sama sekali dengan pertanyaan itu karena saya tidak punya jawaban yang pas. Jika bisa, dan boleh bernegosiasi dengan si penanya, bisakah pertanyaan itu diganti dengan pertanyaan lain. Jika boleh memilih, menjawab 1 pertanyaan mengenai kapan nikah atau menjawab 100 pertanyaan basa basi yang tidak ada kaitannya dengan pasangan hidup, maka saya akan memilih menjawab 100 pertanyaan basa basi saja. Saya lelah dengan pertanyaan yang menyesakkan itu. Beneran. Lelah dan menyesakkan.
Namun begitu, karena moment saat itu adalah lebaran, ya sudahlah. Saya jawab dengan senyuman saja. Melepaskan emosi dengan ikhlas. Dan, kini. Tahuun 2020 lebaran hadir lagi. Akankah pertanyaan itu hadir kembali? Rasa-rasanya iya. Dan rasa-rasanya jawaban saya tetap sama. Keep Smile, saja. Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H