[caption id="attachment_347293" align="aligncenter" width="300" caption="Nasi Uduk ala Saudi/koleksi pribadi"][/caption]
Ramadhan memang bulan penuh berkah, tak terkecuali bagi para Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) seperti saya. Saatnya berhemat pengeluaran uang
untuk makan yang lumayan banyak hingga lima puluh persen dalam satu
bulannya! Alhamdulillah, sisa anggaran makan bisa buat menambah uang
kiriman keluarga untuk berlebaran di tanah air.
Seperti umumnya masjid di Indonesia, nyaris semua masjid di Saudi Arabia
menyediakan makanan untuk buka bersama gratis. Mayoritas yang datang
diacara ini adalah para tenaga kerja asing yang didominasi dari India, Pakistan,
Mesir, Bangladesh, Indonesia dan lainnya. Warga asli Saudi nampaknya lebih
suka buka bersama keluarga di rumah masing-masing.
Ini kali ketiga saya puasa ramadhan dinegeri gurun yang cuacanya sedang
panas menyengat. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, menu buka puasa
tak jauh dari nasi biryani dengan daging ayam atau biasa saya sebut nasi uduk
ala Saudi dengan segelas air mineral dingin. Sebagai selingan kadang lauknya
ikan laut.
Jika beruntung ada ekstra minum seperti jus buah atau laban, minuman yang
rasanya seperti yoghurt tapi encer. Tak ketinggalan buah kurma yang bervariasi
dari yang kering, basah hingga kurma yang baru matang dari pohon dengan
rasa yang kres kres manis dan sepet.
[caption id="attachment_347295" align="aligncenter" width="300" caption="makan ramai-ramai/koleksi pribadi"]
Satu piring nasi ukuran besar berisi tiga sampai empat potong daging ayam
separo badan untuk 6-7 orang. Beberapa menit sebelum buka puasa tiba,
nasi ditaruh dilembaran suprah atau plastik tipis sebagai alas makan
yang sekaligus sebagai pembungkus sampah sisa makanan. Hal yang jamak
disini makan kembulan atau bersama-sama dalam satu tempat dengan
menggunakan tangan langsung tanpa sendok.
Kalau makan di resto, harga rata-rata termurah untuk satu porsi nasi uduk
ala Saudi ini 15 riyal atau 45 ribu rupiah (kurs 1 riyal : 3000 rupiah), dengan
potongan ayam seperempat badan, tapi nasinya lumayan banyak, cukup
buat makan 2-3 kali bagi umumnya orang Indonesia. Sering kali saya bawa
nasi dan lauk saat buka puasa karena masih banyak tersisa. Makanan yang
tersedia tak sebanding dengan jumlah yang datang. Lumayan buat makan
sahur, tinggal dihangatin.
Alhamdulillah, walau setiap hari makan dengan menu monoton seperti itu,
setidaknya bisa menghemat pengeluaran cukup banyak. Tapi bagaimanapun
juga saya merindukan buka bersama keluarga dengan hidangan pembuka
kolak pisang, makan nasi dengan sayur mayur, sambal plus lalapannya...
Dammam, 11/07/2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H