Mohon tunggu...
Danny PH Siagian
Danny PH Siagian Mohon Tunggu... Dosen - Menulis, Menulis dan Menulis

Jurnalis dan Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kendati ‘Berdarah-darah’, Akhirnya Jokowi-JK Melenggang ke Istana

20 Oktober 2014   13:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:25 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Jokowi-JK (kanalsatu.com)"][/caption]

Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) bersama Jusuf Kalla (JK) menuju Istana, memang tidak mudah. Ibarat kata, perjuangannya ‘berdarah-darah.’

Bagaimana tidak? Jauh sebelum kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) pada bulan Mei 2014, Jokowi sudah mengalami gempuran. Berbagai hujatan, fitnah, caci-maki hingga hinaan, menyerang dirinya dari berbagai arah (kiri-kanan, depan-belakang, atas-bawah). Dapat kita bayangkan, jika serangan yang bertubi-tubi dari berbagai penjuru itu tadi, bukankah akhirnya bisa disebut berdarah-darah?

Coba kita hitung banyaknya hantaman yang coba membunuh karakter (character assasinations) Jokowi. Dan jika kita hitung derajatnya, mungkin sudah menimbulkan suhu serangan yang luar biasa panas. Pokoknya, serangan hebat dan mematikan sebenarnya.

Tentu kita masih ingat, Jokowi pernah dihina dan didiskreditkan Raja Dangdut Haji Rhoma Irama, yang katanya Jokowi adalah keturunan Cina Singapura dan Ibunya sebelumnya penganut Kristiani; Dikabarkan juga, ayah Jokowi zaman dulu, terlibat PKI; Jokowi bahkan diiklankan sudah meninggal, dengan bunyi iklan ‘RIP’ (Rest In Peace) dengan nama Ir. Herbertus Joko Widodo yang notabene adalah pemeluk agama Katolik; Pemberitaan tabloid ‘Obor’ yang mendiskreditkan Jokowi, dengan isi tabloid yang sengaja diracik khusus, untuk menjelek-jelekkan Jokowi, hingga beberapa edisi; Belum lagi Jokowi dikatakan ‘Calon Presiden Boneka’, dan masih banyak lagi yang sejenisnya.

Juga kita tidak lupa, betapa banyak tokoh yang menganggap enteng, bahkan mengecilkan kemampuan Jokowi. Banyak pengamat yang meragukannya, dengan menciptakan opini buruk dan tak layak jadi Presiden; Banyak orang yang menyebutnya pembohong karena akan meninggalkan kursi Gubernur DKI Jakarta yang belum 2 tahun dipegangnya; Beberapa pihak tertentu menyeretnya harus mengakui terlibat kasus korupsi bus  Trans Jakarta; Berapa banyak kalangan yang sengaja mendemonya, dengan pemaksaan kesalahan yang harus dipikul Jokowi, yang entah darimana alasan mereka memaksakan kehendak tersebut; Belum lagi pemasangan iklan ditelevisi yang sangat merugikan Jokowi; dan masih banyak pemberitaan yang sangat menohok, bahkan menghujatnya; Belum lagi pihak lawan politik Jokowi yang selalu menjelek-jelekkan Jokowi, sampai-sampai Jokowi pernah menjawab ’Nggak Dijelek-jelekin Juga, Memang Saya Sudah Jelek’, kata Jokowi. Dan masih banyak lagi yang tiidak bisa kita sebutkan satu-persatu.

Bahkan setelah Pilpres usai, Jokowi masih menghadapi situasi sulit, dengan gugatan pihak saingannya Prabowo-Hatta, ke Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam situasi gugatan ke MK, berbagai serangan juga masih terus berlangsung, yang katanya kubu Jokowi-JK melakukan kecurangan. Dan yang paling anyar, Jokowi menghadapi posisi terjepit, diantara dua kubu dalam Pilpres, yang belum habis-habisnya berseteru. Jokowi pontang-panting dan terpental-pental, dalam situasi politik yang bersuhu panas, karena penguasaan partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) di Parlemen, dengan memenangi jajaran Pimpinan DPR dan MPR RI melalui voting. Sehingga iapun harus melakukan manuver politik, dengan menyambangi Ketua Umum Partai Golkar, dan Ketua Dewan Pembina/ Ketua Umum Partai Gerindra.

Sungguh luar biasa terpaan dan deraan yang meghantam Jokowi-JK, sebelum resmi masuk Istana Merdeka, yang akan menjadi kantornya nanti. Jika coba di ‘rontgen,’ barangkali di dalam sudah ‘berdarah-darah’ itu tadi, dan remuk redam. Untungnya, yang menghadapi situasi tersebut adalah Jokowi. Kalau bukan, mungkin saja terjadi ;berdarah-darah’ di lapangan, akibat massa relawan yang terpancing emosi, karena ‘ubun-ubunnya sudah ngebul’ setiap hari, dalam beberapa bulan masa kampanye.

Dan jika kita bandingkan dengan Presiden-presiden RI sebelumnya yang hendak menduduki kursi RI-1, tidak ada yang separah Jokowi. Kendati Presiden I, Soekarno memang memiliki situasi ‘lex spesialis.’ Sedangkan yang lainnya, Presiden Soeharto, Presiden Habibie, Presiden Gus Dur, Presiden Megawati, hingga Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, dapat dikatakan aman-aman saja menuju Istana.

Oleh sebab itu, perjuangan Jokowi ini memang sangat menakjubkan. Jokowi menghadapinya dengan tenang dan kepala dingin. Tak pernah terlihat menanggapi secara emosi. Dan banyak hujatan dan hinaan yang juga tidak digubrisnya, sehingga membuat pendukungnya tidak emosi.

Bayangkan jika itu semuanya dihadapi oleh Prabowo Subianto yang ‘katanya’ suka meledak-ledak emosinya. Belum lagi para pendukungnya yang dapat dikategorikan galak-galak. Bisa-bisa berantem melulu antar pendukung, yang mungkin saja akan menimbulkan ‘chaos.’

Mengingat kembali tulisan saya di kompasiana awal Juli lalu, sebelum penghitungan suara di KPU (Komisi Pemilihan Umum), yang berjudul ‘Akankah Jokowi-JK Akan Melenggang Mulus Ke Istana?’ (http://politik.kompasiana.com/2014/07/06/akankah-jokowi-jk-melenggang-mulus-ke-istana-666610.html), nampaknya terjawab sudah. Bahwa  Jokowi-JK memang tidak bisa kita katakan melenggang mulus. Kendati memang, akhirnya harus melangkah Istana.

Sebagaimana kita ketahui, setelah dilantik dan diambil sumpah jabatannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden, Senin, 20 Oktober 2014, dalam Sidang Paripurna MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), maka Jokowi-JK akan menuju Istana. Pintu gerbang Istana akan menyambut mereka menduduki kursi mereka. Selanjutnya, pemerintahan akan menjadi kendali Jokowi-JK, dibantu para anggota kabinetnya.

Justru yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah Jokowi-JK akan mampu mewujudkan impian-impian yang dijanjikannya kepada rakyat, dalam kurun waktu pemerintahannya 5 tahun ke depan?

Danny PH Siagian, SE, MBA, MM

Pemerhati Sosial Politik/ Dosen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun