Mohon tunggu...
Khairil Anas
Khairil Anas Mohon Tunggu... -

Berkelana, mengumpulkan cerita, menyampaikan berita...

Selanjutnya

Tutup

Money

Buroncong, Kue Terberat di Dunia

5 Desember 2011   10:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:48 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Suatu ketika seorang kawan melontarkan satu tebakan, "Kue apa yang paling berat di dunia?" katanya dengan setengah bercanda. Meskipun kelihatan bercanda namun cukup sulit juga menebak kue yang dimaksud si kawan. akhirnya setelah lama menebak macam-macam kue mulai dari ukurannya yang besar sampai yang bahannya  rumit, tidak ketinggalan pula kue yang berat (mahal) harganya, semuanya salah dan  si kawan pun lalu menjawab sendiri pertanyaannya. "Buroncong" katanya singkat. "Mengapa bisa?" Buroncong dikatakan kue paling berat di dunia, karena untuk mengangkatnya si penjual harus memakai 'ganco' "itu e, alat yang dipakai orang-orang di pelabuhan, kalau mau angkat karung atau barang berat."kata si teman menjelaskan. "he he he he...ada-ada saja." Buroncong, merupakan salah satu penganan khas Sulawesi Selatan. Hampir di semua daerah di Sulawesi Selatan dapat kita jumpai panganan yang biasanya dihidangkan dipagi hari dalam kondisi hangat bersama teh manis atau kopi ini,penjual buroncong menjajakan buroncong dengan menggunakan gerobak, sayang sekali di kota Makassar  penganan ini sudah mulai jarang di temukan. Daeng Sahar, salah seorang yang mencoba bertahan menghidupi keluarganya sambil melestarikan kue buroncong ini.  Ayah dari satu putra usia 2 tahun ini sehari-hari menghabiskan 4 kg tepung terigu dan mangkal di sepanjang jalan Veteran Selatan-Makassar. Kue Buroncong terbuat dari adonan tepung terigu, dicampur parutan kelapa (kelapa muda, dibuang kulit kasarnya), gula pasir-putih, soda kue, dan sedikit garam . semua bahan disatukan dalam satu adonan diaduk hingga rata dengan air. adonannya biasanya agak encer. Adonan itu kemudian dimasukkan delam cetakan buroncong yang telah diolesi dengan minyak kelapa dan dipanaskan dengan bara api. "Cetakannya diolesi dengan minyak kelapa pake kuas atau daun pisang supaya buroncongnya tidak melengket." kata Daeng Sahar . "Kue Buroncong paling enak kalau dimasak dengan bahan bakar dari kayu arang." lanjut Daeng Sahar. Setelah adonan kelihatan mengembang dan pinggirannya agak berwarna coklat pertanda kue buroncongnya sudah jadi. Buroncongpun siap diangkat menggunakan gancu, para penjual buroncong sangat ahli memainkan alat yang mirip gancu yang dipakai buruh pikul di pelabuhan itu,  dan buroncongpun  siap di makan untuk sarapan bersama teh hangat. Harganya murah meriah, hanya Rp.500,. rasa dari buroncong ini  juga bervariasi, tergantung penjualnya. terkadang ada yang agak asin, manis, bahkan ada yang tidak menggunakan gula pasir tetapi pemanis buatan. Sayang sekali bila kue khas ini dibiarkan hilang tergusur dengan makanan-makanan impor yang datang dari luar. Kita patut memberi apresiasi kepada pemerintah kota Makassar, yang berhasil menyelenggarakan sebuah acara penyajian kue Buroncong terbanyak yang berlangsung di Makassar pada pertengahan Februari lalu. Kue Buroncong berhasil masuk kategori Paling atau Ter, dan tercatat dalam buku MURI dengan Nomor 4765/R/.MURI/II/2011. Tentu kita sepakat bahwa, salah satu upaya untuk mengembalikan Makassar sebagai kota dunia yang memiliki karakter adalah dengan tetap mempertahankan ciri khas lokalnya, dan kue Buroncong adalah kue tradisional yang sejak dulu sangat akrab dengan warga lokal yang ada di Makassar. Salam hangat dari Makassar....! (Khairil Anas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun