Mohon tunggu...
Wahyu Permana
Wahyu Permana Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan pengamat masala sosial kemasyarakatan dan pertahanan keamanan

Staf Ahli DPD RI, Ketua Lembaga Hak Konstitusi Indonesia, pegiat anti Narkoba di provinsi Banten, Direktur Eksekutif Pilkada Watch, Pengamat Sosial Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Teman dan Masalah

2 Juni 2014   16:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:48 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadist mengatakan apabila ingin mengetahui kualitas seseorang lihatlah siapa temannya. Hadist lain mengungkapkan perumpamaan berteman dengan pandai besi dan penjual minyak wangi. Apabila berteman dengan pandai besi maka kita akan terkena panasnya bara dan debu yang beterbangan. Sementara apabila berteman dengan penjual minyak wangi maka kita akan tertular wangi parfumnya minimal mencium wewangian yang harum baunya.

Bertemanpun demikian adanya. Apabila kita berteman dengan orang yang bermasalah bukan tidak mungkin kita akan terimbas dari masalahnya. Apalagi kalau orang itu memang nyata-nyata ingin meminta perlindungan agar masalahnya dapat diselesaikan. Alih-alih akan membantu kita, orang bermasalah ini pasti akan merepotkan dikemudian hari. Image buruk bisa jadi juga terkena kepada kita seolah membenarkan kita sama seperti orang yang bermasalah tadi.

Lain halnya dengan orang baik yang berteman dengan kita maka efek positiflah yang kita dapat. Kebaikan, kepintaran, kejujuran orang itu seolah terkena dan menempel pada diri kita juga. Efek positiflah yang kita dapat ketika publik menilai kita sama dan sebangun dengan orang-orang baik tadi. Apalagi orang baik itu mendukung kita, mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk kita sekaligus membawa seluruh jaringan keluarga, teman dan sahabatnya untuk ikut mendukung kita, maka kebaikan seluruh orang itu akan terkena kepada kita.

Marilah kita bandingkan siapa-siapa saja orang-orang dekat dengan kedua pasang capres dan cawapres kita Jokowi dan Prabowo. Kita bandingkan kualitas dari orang-orang yang ada di dekatnya secara apa adanya tanpa pretensi menjelekan atau menyudutkan. Cukup melihatnya dari fakta-fakta pemberitaan yang kerap muncul dimedia cetak.

Yang dekat dengan Jokowi: Jusuf Kalla, Megawati, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Wiranto, Muhaimin Iskandar, Surya Paloh Sutiyoso, Indra J Piliiang, Yuddy Chrisnandi,  dan beberapa nama lain yang juga memiliki pengaruh.

Sementara yang dekat dengan Prabowo: Hatta Rajasa, Abu Rizal Bakrie, Surya Darma Alie, MS Kaban, Marjuki Alie, Mahfud MD, Anies Matta, Fadli Zon, dan juga beberapa nama lain yang merupakan tokoh nasional.

Siapa yang tidak kagum pada kecerdasan dan konsistensi perjuangan Anies Baswedan atau patriotisme dan kecintaan terhadap NKRI dari sosok Jendral Wiranto ? Sosok intelektual Indra J. Pilliang Ketua Litbang Partai Golkar yang rela melepaskan jabatannya sebagai konsekwensi mendukung Jokowi ? Atau sosok Dahlan Iskan yang identik dengan terobosan dan sikap pembaharunya ? Ada lagi Jendral Sutiyoso gubernur DKI yang berhasil melewati masa-masa kritis pada beberapa masa pemerintahan ? Atau Dr. Yuddy Chrisnandi politisi intelektual yang berkarakter dan sudah meraih professor dan guru besar ? Atau sosok Surya Paloh, politisi ulung yang mampu membangun partai baru Nasdem mendapat perolehan kursi secara fenomenal di Pileg kemarin ? dan tentu saja sosok negarawan Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP Perjuangan partai wong cilik yang berbesar hati menyerahkan calon presiden partainya kepada Jokowi yang bukan "siapa-siapa" ?

Kita lihat satu per satu teman-teman dekat Prabowo Subianto.

Mendengar nama Hatta Rajasa terekam kuat dibenak publik adanya ketidakadilan hukum untuk kasus kecelakaan yang menghilangkan nyawa orang lain, namun sang anak saat ini bebas merdeka. Diasosiasikan kuat dan dekat dengan SBY dan partai demokrat, wajar karena Hatta berbesanan dengan presiden SBY.

Abu Rizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar pemenang kedua Pemilu Legislatif, namun tersandung kasus Lapindo yang membuat negara menanggung beban sangat besar. Sungguh ironis sebagai partai pemenang kedua pada pemilu legislatif lalu, alih-alih bisa mencapreskan wakil partainya malah kemudian hilir mudik menjajakan koalisi yang musykil, meminta jabatan Cawapres kepada PDIP. ARB juga tertampar lagi dengan hengkangnya beberapa pengurus inti DPP Partai Golkar ke kubu Jokowi-Jusuf Kalla.

Surya Darma Alie, Ketua Umum PPP yang juga Menteri Sosial harus jadi pesakitan KPK karena kasus korupsi dana Haji. Setelah kasus korupsi Al Qur'an menimpa departemen agama ternyata tidak membuatnya belajar bagaimana mengelola uang umat dengan amanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun