Mohon tunggu...
halya violet
halya violet Mohon Tunggu... -

Pilihan bukan di tangan orang yang akan mengingat kita. Sebaliknya, bagaimana kita ingin diingat orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersyukur

9 November 2011   02:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:54 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang saya temukan dalam halaman demi halaman, adalah tulisan tangan yang sangat rapi. Semua diberi garis tepi. Dan semua tulisan itu adalah alamat ayat Alkitab berikut isinya, yang selama 10 bulan Ochie berjuang telah memberi kekuatan, pengharapan, dan pengucapan syukur.

Kapan Ochie menuliskan ayat-ayat di dalam Diary ini ?
Apakah ketika ia sedang dalam kondisi agak fit ? Yang sangat jarang terjadi?
Papanya bersaksi, bukan hanya ketika kondisinya baik, bahkan ketika merasa sakit pun Ochie tetap menuliskan ayat-ayat firman Tuhan yang menguatkan imannya.

Di antara ayat-ayat tersebut ada yang diberi kotak merah :
Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.
(Mazmur 104:33)

Saat membalik lembar demi lembar diary ini, saya bisa merasakan pergumulannya, pengharapannya, bisa merasakan kasihnya, bisa merasakan kebergantungan Ochie kepada Tuhan.
Karena Ochie tetap menulis bahkan ketika ia sedang di tengah rasa sakit yang hebat, saya bisa merasakan sukacitanya sekalipun doanya belum dijawab. Saya bisa merasakan pengucapan syukurnya, sekalipun Ochie tidak melihat adanya fakta untuk mengucap syukur.

Rasa penasaran saya membuat saya terus membuka halaman demi halaman sampai tulisan tangannya yang terakhir. Saya menghitung.

Semuanya ada  101 halaman yang berisi tulisan tangannya.
Total ada  599 ayat dari Alkitab yang ditulisnya ulang di diary ini.

WHAT WOULD YOU DO WHEN GOD DOESN'T MAKE SENSE ?

Kebanyakan orang akan complain. Mengeluh. Bersungut-sungut. Atau marah kepada Tuhan. Itu yang dilakukan jutaan bangsa Israel ketika berjalan keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian.
FOOTPRINTS mereka adalah COMPLAINING.

Banyak kejadian dimana kelihatannya tindakan Tuhan tidak makes sense.
Kenapa harus berputar kembali dan terpojok di tepi Laut Teberau menghadapi serbuan tentara Mesir ? Kenapa hanya ada manna?
Kenapa harus menghadapi kehausan dan kekurangan air di padang gurun?
Kenapa Musa yang diangkat menjadi pemimpin?

Saya menemukan kata 'COMPLAIN' di perjalanan bangsa Israel tersebut lebih banyak dari pada kata 'PRAISE' atau ucapan syukur.

Apa yang dialami Ochie, bagi kami keluarganya, bagi teman-teman yang mengasihinya, sepertinya nggak masuk akal.
Tapi kalau teman-teman membaca diary Ochie, teman-teman akan melihat sosok seorang anak yang berusaha tetap mengucap syukur sekalipun nggak mengerti kenapa semuanya Tuhan ijinkan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun