Mohon tunggu...
Victor Marbun
Victor Marbun Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi pengetahuan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

How I Hate Corruption

16 Februari 2014   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup lama saya tidak memposting tulisan di Kompasiana, dan tiba-tiba muncul keinginan menulis karena terinspirasi dengan kisah perjalanan saya di hari libur sabtu kemarin.

Biasanya setiap Sabtu saya selalu berkeliling ke beberapa tempat di Jakarta sekedar menghilangkan kepenatan setelah lima hari bekerja. Kali ini tujuan saya adalah Gramedia Matraman, dengan tujuan membeli sebuah novel yang menurut saya cukup menarik yaitu The confession karya John Grisham. Rute yang saya lalui adalah Fatmawati - Blok M - Dukuh Atas - Matraman. Saya menggunakan angkutan umum Transjakarta, karena terbilang irit, hanya dengan Rp. 3,500 kita bisa berkeliling dengan riang gembira ke seantero Jakarta, walaupun kadang pelayanannya kurang memuaskan.

Baik, langsung saja ke inti masalah tanpa harus berbasa basi. Untuk menuju Blok M, saya harus menggunakan Metromini terlebih dahulu. Di sinilah awal cerita how i hate corruption itu di mulai. Baru 5 menit saya naik Metromini, sudah ada pengamen yang memulai konser singkat di bus tersebut. Setelah dua puluh menit ada sekitar lima pengamen yang melanjutkan konser singkat di atas metromini tersebut. Musiknya pun beragam, dari mulai lagu main stream ala kaum alay, hingga aliran musik yang belum pernah saya dengar sejak saya lahir. Ada yang sambil berteriak-teriak, ada yang membawa anak kecil sambil bernyanyi, bukannya hati sejuk, malah bikin bising dan kepala jadi sakit. Bukan saya anti pengamen, saya mengerti mengapa mereka harus melakukan itu untuk menyambung hidup. Saya duduk dua bangku dari depan, artinya saya dekat dengan Pak Supir Metro mini, yang mengemudikan bisnya bak mantan pembalap Formula 1. Perjalanan memakan waktu kurang lebih satu jam, dikarenakan pak supir selalu berhenti disetiap gang alias ngetem dan macet yang cukup parah. ketika berhenti, pak supir sibuk menghitung uang yang berhasil dikumpulkannya. Terlihat wajahnya cukup murung, karena uang yang dihasilkan belum sesuai estimasi hari ini, dengan tenang sang supir merapihkan uangnya dengan sangat hati hati. Saya melihat ada sedikit rasa syukur ketika ia memasukkan  uangnya ke dalam kantong. Perjalanan saya menuju Blok M sama sekali tidak menyenangkan dengan berbagai keadaan yang saya alami dijalan, ditambah polusi dari kendaraan yang hitam pekat.

Lalu saya sedikit berimajinasi, kalau saja pemimpin kita memperhatikan nasib rakyatnya, mungkin sekarang kita sudah memiliki MRT, High Speed Train, dan sistem transportasi yang nyaman. Mungkin sudah tidak ada anak jalanan yang mengamen di bus, sebaliknya mereka sedang duduk di bangku kuliah. Kalau saja tidak ada korupsi di negeri ini, mungkin pak supir metro mini yang sudah cukup tua tersebut, tidak lagi dengan susah payah mencari nafkah dengan susah payah. Ya, kalau saja...Saya jadi berfikir, apakah benar fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara ? bukankah selama ini yang memelihara mereka adalah rakyat ? rakyat yang dengan rasa iba memberi uang receh kepada para pengemis, dan pengamen jalanan.

Akhirnya, dengan penuh perjuangan saya pun berhasil menuju Gramedia Matraman. Hati terasa senang, karena begitu keluar dari bus, seperti keluar dari siksaan yang mengerikan. Itulah asal muasal cerita dari how i hate corruption....

Salam anti korupsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun