Mohon tunggu...
Avian Ferdiyansyah
Avian Ferdiyansyah Mohon Tunggu... -

Apa ya...? Koordinat 6°42′54″LS,108°34′9″BT

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Tanya"

2 Maret 2010   22:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:39 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertanyaan saya berikutnya adalah tentang "melupakan".
Setelah meminta, sekarang saya mencoba menjalani kehidupan seperti biasa.
Tapi saya kok selalu teringat dengan keinginan-keinginan saya ya.

Setahu saya banyak pakar LOA yang menyarankan untuk melupakan keinginan karena doa seringkali terkabul pada saat kita sudah lupa dengan doa/keinginan tersebut.
Lagipula mengingat keinginan cenderung negatif karena menginginkan sesuatu biasanya didasari oleh rasa kekurangan. Jika memang benar begitu adanya, apakah mbak punya tips agar saya bisa melupakan keinginan tersebut?

Pertama, tentang kalimat yang saya tebalkan dan garis bawahi. Bahwa "menginginkan sesuatu biasanya didasari oleh rasa kekurangan".
Mudah-mudahan jawaban saya tentang pertanyaan sebelumnya bisa mengklarifikasi hal ini, bahwa justru Anda harus banyak menginginkan bila ingin hidup Anda maksimal dan sukses total.

Pada pembahasan saya tentang pentingnya mengetahui apa yang Anda inginkan lalu memintanya semua dari Tuhan, juga sudah saya bahas bahwa terbalik dari pendapat umum, menginginkan justru adalah kunci sukses, bukan sebaliknya, karena terus menginginkan membuat hidup kita terus berkembang. Lengkapnya, menginginkan hal baru tetapi dengan juga terus mensyukuri hal yang sudah kita terima.
Lalu tentang "melupakan".

Sebenarnya yang dimaksud di sini adalah yang dalam bahasa Inggrisnya disebut "DETACHMENT".
DETACHMENT ini maksudnya adalah "kita tidak lagi peduli, tidak lagi 'ngotot' tentang permintaan kita".

Ya, Anda masih menginginkan apa yang Anda inginkan tetapi kalau Anda tidak mendapatkannya karena mungkin belum waktunya atau diganti dengan yang lain, ANDA TIDAK PEDULI, Anda tetap bisa berbahagia dengan hidup Anda yang sekarang. Anda tetap bisa bersyukur dan mengatakan bahwa hidup Anda sudah lengkap.
Nah karena konsep "detachment" ini susah dijelaskan dalam Bahasa Indonesia dengan singkat maka orang cenderung menggunakan istilah "melupakan", meski sebenarnya Anda tidak perlu melupakannya.

Bahkan ada satu alat peminta "Prosperity and Abundance" yang juga dianjurkan untuk bisa membantu mendapatkan apa yang kita inginkan, yang namanya "vision board", (kelak saya juga akan ajarkan bagaimana cara membuatnya) di mana Anda menempelkan gambar semua hal yang Anda inginkan dan impikan di selembar karton, lalu dipajang di dinding dan dilihat setiap hari, untuk membantu kita memvisualisasikan (alias membayangkan) bagaimana rasanya bila sudah memiliki barang tersebut.

Lha, kalau dilihat setiap hari, dibayang-bayangkan bagaimana rasanya, mana bisa kita lupa akan permintaan kita?
Jadi detachment di sini bukan melupakan... Tetapi lebih tepatnya Anda "mengikhlaskan apakah akan segera diberi atau tidak, apakah diberi dengan sesuai atau diganti, kapan diberinya, dengan cara apa".

Itu semua Anda sama sekali tidak peduli, bukan urusan Anda, Anda serahkan semua pada Tuhan, Anda ikhlas dengan ketetapan-Nya.
Hidup Anda tetap berjalan seperti biasa, tidak kurang rasa syukur dan kebahagiaan Anda akan apa yang sudah Anda miliki saat ini, walau barang-barang yang kita impikan tadi belum juga diberikan.

Ini yang namanya "detachment", yang memang merupakan strategi sukses berikutnya...
Dan "detaching" ini bisa susah lho...
Apalagi kalau kita menunggu mimpi kita tadi sambil tidak melakukan apa-apa, maka pastilah kita cemas dan terus berharap.

Untuk itulah agar bisa "detached" atau ikhlas dengan ketetapan Tuhan atas permintaan kita, maka sambil menunggu kita harus terus menyibukkan diri dengan terus bergembira, bersyukur, mencoba hal baru, terus meminta, berbagi dengan orang lain...dsb...
Anda juga bisa "detach" dengan cara terus meminta lebih banyak hal lagi. Dengan ini, kita benar-benar akan akhirnya "lupa" pada satu permintaan saking banyaknya permintaan yang sudah kita ajukan, ya bukan?

Katakana Anda cuma menulis 20 item, maka akan lebih sulit lupanya dibanding bila Anda meminta 200 item.
Coba tulis yang banyak, lalu sebulan sekali atau bagaimana begitu, kunjungi buku doa Anda dan centang yang sudah dikabulkan-Nya. Insya'allah, pasti sudah ada kalau tidak banyak, bahkan, yang sudah diberikan-Nya tanpa Anda "merasakannya". Karena kalau banyak yang diminta, sering kita "tidak ingat" secara detil satu per satu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun