Mohon tunggu...
Venus
Venus Mohon Tunggu... -

diam dan belajar ... salam ukhuwah ^ ^

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

[Hari Pahlawan] Sebuah Topi dan Taman

10 November 2011   01:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:51 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancuran itu memukul mukul waktu, tapi batu

tak kan pernah bangkit jadi api. Lalu bebatuan itu merintih

Matahari memandang garang di ujung jalan, yang akan memisahkan

dunia ini dengan dunia lain. Aku tak paham dengan suara merdu dan rintihannya,

inilah perjalanan bagi bebatuan. Setelah hari hari di tikam sejuta pisau waktu dan

suara bising granat dan senapan. Tak ada lagi sesal dan harap, udara telah membawa

senyum dan mimpinya ke dalam doa yang beterbangan. Lalu bebatuan itu merintih . .  sungai

sungai kekal mengalirkan darah. Tak ada lagi suara dan teriakan penuh perjuangan itu, kecuali

sebuah topi dan taman lapang, menjelma tiba tiba. Dan aku hanya mampu membaca bahasa angin

disana, kemudian meliuk di balik bendera setengah tiang

Hening . . . .

Selamat hari pahlwan ..' jangan pernah lupakan sejarah '

begitu para orang tua kita selalu mengingatkan .. salam damai sejahtera

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun