Mohon tunggu...
Mariam Umm
Mariam Umm Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu 4 anak

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Fikber 3] Pilihan Jempol

1 Desember 2015   13:29 Diperbarui: 1 Desember 2015   20:13 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

' Hey, nasi udah jadi bubur tak selamanya bisa diartikan terlambat, tinggal tambahkan ayam suwir, cakwe, kecap, taburan bawang goreng dan kerupuk, jadilah bubur nikmat siap santap penumbuh semangat!  Orang bilang...... jantan dong....selesaikan urusan percintaan dengan puisi,  ayo Ben, buktikan kejantananmu dengan ber- puisi,  dia pasti luluh'  kali ini Pendekar fiksi Bay mencoba memberikan petuahnya, entahlah apakah karena penampakan  Bay yang sudah berubah ala bule, membuat Ben bangkit dari duduknya, melangkah pergi, dengan tergesa, matanya berkilat semangat, satu tujuannya sekarang, kediaman Cinta. Pilihan jempol-nya.

***

Jreng jreng..........

Jreng jreng jreng.....

'Oiiiiii berisik, mang lu kata sini rumah Babe lu, gebar geber gitar soak depan rumah gue, bikin sakit telinge aje, pegiiii lu pada, jangan pade ngamen sini!!!!!!' suara Pak Haji pemilik rumah menggelegar, mengalahkan dawai gitar yang coba dipetik Ben. Si putri jempol,Cinta, anak Pak Haji berjalan mengikuti dibelakang ayahnya, menatap Ben dengan pandangan ra sudi Aku Mas...

' Maaf Pak Aji, tulungin Aye, ini misi dapetin mantu buat Nyak, ngelamar Cinta, bukan ngamen, sumpehhh,  bolehin Aye yeee, iyeee Pak Aji yeee, ' Ben memohon, membawa gitar, gayanya mirip gitaris boyband (mang..boyband punya gitaris yaa?) para pendekar fiksi berdiri tak jauh dari Ben, tak ketinggalan Nyak dan Ipin, belum lagi anak kos-an nyang pada nge-kos di Pak Aji, semua menjadi penonton sekaligus pemberi semangat buat Ben.

Pak Haji, melirik kumpulan penonton dibelakang Ben,  matanya kembali melotot menatap Ben, yang melirik takut takut. Menghela nafas dengan kasar, Pak Haji melangkah masuk ke rumahnya, tapi tak lama. Beliau keluar membawa kursi plastik dan bergabung bersama barisan penonton.

Jreng jreng,gubrak gubrak,gujreng...Ben mulai memainkan gitar. Suaranya seketika membuat barisan penonton meringis dan menutup kuping masing masing. Cinta mengerutkan keningnya, si Ben mo ngapain?

Tapi Ben tak ingin peduli, dan mulai berpuisi

' Cinta, pilihan jempolku

' Dengarlah, rintihan kalbuku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun