Mohon tunggu...
Mariam Umm
Mariam Umm Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu 4 anak

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah,Idealnya Bagaimana?

4 Agustus 2015   10:30 Diperbarui: 4 Agustus 2015   10:30 1317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sekolah artinya apa?

Jika pertanyaan itu ditanyakan kepada saya,maka akan saya jawab : Sekolah adalah  Sebuah bangunan yang memiliki kelas kelas, dimana dalam kelas akan ada banyak anak  duduk di kursi  atau di karpet yang sedang menerima pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

Tapi jika pertanyaan tentang arti sekolah saya tanyakan kepada anak saya Aaron yang usianya 6 tahun, dia lugas menjawab ----"  school is  you are going to a place to learn but you come home with homework everyday-----"

Well, perspektif orang tentang arti sekolah memang berbeda beda, tetapi walau begitu, kita semua setuju bahwa sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu, tempat untuk belajar selain dirumah, ya khan? dan sebagai tempat menuntut ilmu ada aspek yang idealnya harus sekolah miliki, aspek ideal yang membuat orang tua rela dan nyaman menitipkan anak mereka.

Saya menghabiskan masa sekolah dasar di 4 sekolah, 2 sekolah harus pindah karena pekerjaan Bapak yang memang mesti pindah pindah Jakarta- Medan. Saat di Jakarta, saya sempat bersekolah di sekolah nomer 3 tetapi  Bapak terpaksa memindahkan karena Bapak tak merasa nyaman akibat letak sekolah yang berhadapan langsung dengan pabrik konveksi, setiap  hari suasana depan sekolah selalu sibuk dengan siswa dan semua yang menyangkut pabrik konveksi itu, kami--para siswa--mesti jalan bareng dengan para pekerja yang kadang membawa kendaraan mereka, kadang ada juga  truk kecil yang seliweran mengangkut hasil konveksi, kawatir terjadi apa apa, Bapak memindahkan saya ke sekolah nomer  4 yang letaknya lebih jauh dari rumah, ini membuat  Bapak rela antar jemput saya, abang dan kakak setiap hari. Jadi Lokasi sekolah yang aman untuk siswa menjadi aspek ideal Bapak merasa nyaman menitipkan saya dan 2 saudara saya untuk bersekolah di sekolah nomer 4.

Salah satu keponakan suami sekarang sudah kelas 2 SMP, dia lulus SD dengan nilai kelulusan paling tinggi, membuat orangtuanya ingin anaknya bersekolah di sekolah terbaik. Mereka memilih tak memasukkan anak mereka ke sekolah yang satu lokasi dengan rumahnya,jarak sekolah dekat bahkan bisa ditempuh dengan jalan kaki, alasannya dengan nilai kelulusan tinggi si anak mesti sekolah di sekolah terbaik dan kebetulan sekolah yang dekat rumah itu tak masuk top 10 peringkat sekolah terbaik. Jadi hanya sekolah dengan peringkat biasa biasa saja.

Adalah satu SMP terbaik alias peringkat satu yang jarak menuju ke sekolah itu, jika tak terkena macet sekitar 45 menit berkendara sekali jalan, dan sekolah ini menjadi pilihan  mereka. Walau jauh orang tua keponakan suami saya itu, rela berangkat pagi buta agar tak kena macet demi mengantar anaknya sekolah setiap hari. Peringkat sekolah yang nomer satu  membuat orang tua keponakan suami saya percaya bahwa menitipkan anak mereka di sekolah tersebut adalah keputusan terbaik, percaya bahwa sekolah tersebut mampu memberikan fasilitas pendidikan yang lebih mumpuni untuk anak mereka.

Dekat rumah ibu saya, ada pesantren modern--walau jujur saya tak tau kenapa disebut pesantren modern ---biaya untuk mondok di pesantren ini tak bisa dibilang murah, tapi orang tua berbondong bondong memasukkan anak mereka untuk mondok disini bahkan ada siswa yang berasal dari luar propinsi sumatra utara.

Kadang jika kuota siswa telah terpenuhi, orang tua rela nunggu,memasukkan nama anak dalam daftar tunggu alias waiting list untuk masuk pesantren tahun depannya, jadi selama setahun anak akan masuk di sekolah lain, baru nanti pindah ke pesantren modern itu tahun depannya, kadang malah anak harus mengulang tahun yang sama karena sistem dan kurikulum yang berbeda.

Apa yang membuat orang tua sampai mau membayar mahal, dan kadang rela menunggu sampai anak diterima tahun depannya? salah satu tetangga Ibu yang juga memasukkan anak mereka di pesantren itu  menjawab : "karena sekolahnya mondok Mbak Sisi, jadi Aku percaya anak gak akan ngelayap kemana mana, pergaulan anak hanya sekitar anak pesantren saja, kalau mau pulangpun mesti dijemput orangtuanya, sekolahnya ketat, gak bisa sembarangan orang masuk"

Ini hanya satu aspek ideal dan pendapat tetangga saya tentang alasannya memasukkan anaknya ke pesantren yang mungkin akan berbeda dengan pendapat  dari orang tua siswa pesantren yang lain, terlepas dari sistem pendidikan dan kurikulumnya yang islami. Tetapi kalaulah memang hanya dari sistem pendidikan dan kurikulumnya yang islami, bisa saja kan tetangga ibu saya itu,memasukkan anak mereka ke madrasah yang biayanya jauh lebih murah toh sama sama islami. Tapi karena rasa percaya tetangga kalau anaknya sekolah mondok di pesantren itu, pergaulan anaknya gak akan kemana mana, menjadikan dia rela bayar mahal, bahkan rela memasukkan anak dalam daftar tunggu sampai anaknya diterima di pesantren tersebut.

Ada lagi yang lain,

Saya sering juga menemukan orang tua siswa yang memasukkan anaknya bersekolah di sekolah swasta ternama, yang letaknya jauh dari rumah dan mesti bayar mahal, padahal sekolah milik pemerintah yang gratis dan dekat rumah telah tersedia, namun sekolah swasta ternama tetap menjadi pilihan, alasannya tentu saja sekolahnya ngetop. Ini juga salah satu aspek ideal ternyata.

Nah, dari semua cerita diatas, apakah ini semua aspek ideal yang harus dimiliki sekolah sehingga membuat orang tua, selaku wali siswa, rela dan merasa nyaman menitipkan anak mereka untuk menuntut ilmu di sekolah tersebut?

1. Lokasi sekolah yang aman

2. Peringkat sekolah yang tak biasa biasa saja

3. Sekolah mampu memberikan rasa percaya kepada orang tua bahwa jika anaknya bersekolah di sekolah tersebut, anak akan baik baik saja dan aman  dengan kata lain sekolaha menyediakan fasilitas yang membuat orang tua percaya bahwa jika anaknya menjadi siswa di sekolah A misalnya, maka pergaulan anak mereka " gak akan kemana mana"-----  walau ini susah kayaknya, secara perkembangan tehnologi  gak akan bisa dibatasi dan kadang tak bisa diawasi sekalipun oleh sekolah dan orang tua siswa sendiri-----

4. Dan tentu saja sekolah juga harus mampu memberikan fasilitas lebih yang membuat sekolah mereka punya nilai jual lebih dengan kata lain ngetop.

Sekarang,

Menurut kompasianer sendiri, sekolah itu, idealnya yang bagaimana?

Salam kompasiana

 

  ==Sisi82==

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun