Mohon tunggu...
Mariam Umm
Mariam Umm Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu 4 anak

Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beri Anak Motivasi, Bukan Konfrontasi

20 Juli 2015   21:45 Diperbarui: 20 Juli 2015   21:53 1968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadiannya sih udah dari minggu kemaren,

Ceritanya, hari itu sekolah anak saya   Yaqoob mengadakan kegiatan athletic festival, kebetulan Yaqoob adalah salah satu peserta long jump. Sudah menjadi kebiasaan, setiap tahun kegiatan athletic festival  adalah yang ditunggu tunggu siswa dan orang tua karena disinilah setiap siswa yang tergabung dalam athletic club saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Ada siswa yang berkompetisi sendirian, ada juga siswa yang berkompetisi berkelompok. Yang unik untuk bagian kompetisi berkelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan undian yang dilakukan sebelum kompetisi, jadi mereka ada yang baru kenal saat itu juga, walau begitu, saat kejuaraan dimulai mereka mampu saling menyesuaikan diri dan membentuk tim kerja sama yang jempol.

Tapi bukan ini yang ingin saya bahas diartikel ini.

Saat selesai pertandingan, saya dan Yaqoob menunggu Ayah yang akan menjemput. Di depan kami terlihat seorang ibu yang berjalan tergesa gesa sambil menarik tangan anaknya yang juga terlihat kerepotan berjalan setengah berlari.

Si anak membawa piala, kemudian mereka berdiri tepat disamping saya, sama sama menunggu jemputan pulang,dan kemudian  terdengarlah omelan yang jujur saya tak berniat mendengar--kalau boleh saya bilang begitu--tapi suara si Ibu yang keras membuat telinga saya mau tak mau  menangkap omelannya. Si Ibu tadi bilang " kamu seharusnya jadi juara satu, bukan jadi juara tiga kayak gini, malu maluin ajah, useless, no more second chance for you! --kali ini dengan sedikit pukulan ringan di lengan anak.

.....you poor thing...saya mbatin, gak berani ngomong dan juga gak berani negur karena kawatir dituduh mencampuri, jadilah saya hanya bisa meringis saja dan menggelengkan kepala sembari melihat ke Ibu tadi,yang ditanggapi si Ibu dengan pelototan mata yang seakan bilang  : "WHAT?"

Si anak terlihat menghapus airmatanya sembari sesekali berusaha menyela si Ibu yang dibalas dengan isyarat  tangan " hushhhh!!!" , membuat saya dan juga beberapa orang  yang berdiri dekat mereka semakin memperhatikan mereka. Kasihan,melihat si anak yang terlihat sedih dan tak bisa melawan. Sungguh konfrontasi yang membuat hati yang mendengar mencelos, dan mungkin membuat anak trauma  karena dimarahi di depan umum. Tak lama sesudahnya sebuah ford exlorer menghampiri dan mereka pun pergi.

Anak butuh motivasi bukan konfrontasi, orang tua harus tau bedanya.

Mendidik dan membesarkan anak memang sebuah proses sepanjang waktu, setidaknya ini berlaku buat saya. Sebagai seorang  ibu saya mengalami sendiri bagaimana saya kadang mesti "jungkir balik" memberikan ceramah ala panjang kali lebar dibagi tinggi saat saya harus meminta anak mengerjakan tugas sekolah dengan benar, atau bermain tenis dan berenang dengan sempurna, pokoknya semua menyangkut anak harus begini dan harus begitu.

Tapi sah sah ajah kan memberi ceramah dan menjadi cerewet untuk memotivasi anak. Sebagai orang tua,kita ingin anak menjadi yang terbaik di semua bidang. Dan untuk semua itu Anak butuh motivasi bukan konfrontasi!

Motivasi --atau dorongan, inilah yang saya sadari harus saya berikan untuk anak saya, contohnya saat mereka melapor bahwa nilai ulangan mereka tidak sebagus yang mereka harapkan, walau jujur kecewa tapi sebisa mungkin saya menghindari kalimat "meyalahkan menjurus konfrontasi" dengan bilang bahwa harusnya nilai ulangan gak boleh segitu.

Sebagai gantinya saya lebih memilih bilang : gak apa apa, ini artinya belajarnya harus lebih giat lagi jadi besok besok nilai ulangannya bisa bagus inshaallah, dan terbukti sesudahnya senyum  akan kembali terlihat diwajah anak saya, untuk kemudian dia berikan saya ciuman dipipi, "thanks Mum" katanya.

Konfrontasi----perdebatan,pertentangan--alih alih memberi anak semangat kadang orang tua bisa berbalik menjadikan sebuah konfrontasi, seperti kasus si Ibu tadi, mungkin maksudnya si Ibu tadi ingin menyemangati anak agar lain kali dia harus menjadi juara satu, tapi cara yang dilakukan si Ibu dengan menggunakan kalimat bernada penyalahkan dan "harusnya" malah berbalik menjadi konfrontasi, seorang anak mungkin malah menjadi down setelahnya, atau bahkan kehilangan semangat.

Sekarang saya coba share apa yang biasanya saya lakukan, untuk memotivasi anak. Dan saya harus tulis disini bahwa kami--saya dan suami--selalu percaya bahwa pendidikan berasal dari rumah, parents are there to educate, to dicipline and to motivate! tanpa konfrontasi tentunya.

1.  Anak saya --kecuali yang balita--memiliki buku kegiatan harian, buku ini berisi kegiatan yang mereka lakukan sejak bangun tidur sampai waktunya tidur lagi, apa saja yang mereka lakukan mereka harus menuliskannya di buku ini, dan sebelum tidur kami- saya atau suami--akan meminta mereka membacakannya.

Jika ada kegiatan yang membuat mereka kecewa, inilah saat memberikan motivasi, dan untuk kegiatan yang mendapat nilai baik  dan memuaskan mereka, maka selain memberi pujian, kami akan memberi tanda bintang sebagai nilai memuaskan untuk kegiatan bagus mereka hari itu, tanda bintang dibuku kegiatan harian ini membantu mereka mengingat kembali kegiatan baik yang sudah mereka lakukan dan sebagai salah satu alat motivasi untuk mereka.

2. Tidak menaikan suara menjadi beroktaf oktaf--teriak--scream,yelling, ini sebisa mungkin saya hindari, susah memang,tetapi suara keras dan teriakan bernada memerintah tidak akan membuat anak mendengar dan mungkin mereka akan menurut karena terpaksa.Saat anak terlihat tidak bersemangat dan malas, motivasi mereka dengan lembut. Jangan juga pernah memberi motivasi dibarengi kalimat ancaman.Ini hanya akan membuat anak lagi lagi merasa dipaksa untuk melakukan.

3. Berteman dekat dengan anak, dengarkan pendapat mereka, biarkan anak memilih apa yang ingin mereka lakukan, kami sebagai orang tua berusaha untuk tidak pernah memaksakan kehendak mereka  harus melakukan ini atau melakukan itu, seringnya kami hanya mengarahkan saja,karena mereka -anaklah- yang akan menjalani, dan saat anak menjalani sesuatu hal yang tidak mereka sukai bisanya anak juga sulit termotivasi.

Akhirnya, kata akhir untuk berhasil memang menjadi impian para orang tua, berhasil mendidik anak istilahnya, tapi keberhasilan haruslah disertai dengan kebebasan anak untuk memilih apa yang bisa membuat  mereka termotivasi, biarkan anak tetap menjadi anak, motivasi mereka sesuai kapasitasnya, karena masa anak tidak datang dua kali.

salam sayang untuk semua anak dimana saja, SEMANGAT!!!

----Sisi82---

artikelterkait:http://www.kompasiana.com/www.ummmariam.com/ketika-anakku-tak-seperti-anaknya_559336dc2e7a615c0535c67f

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun