Mohon tunggu...
Muh Sutrisno
Muh Sutrisno Mohon Tunggu... Guru - Momong Anak

nikmatilah hidup dengan damai!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diceramahi Jin

6 Juli 2013   17:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:55 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada yang menarik ketika menonton acara ‘DUA DUNIA’ di Trans 7  pada Sabtu, 6 Juli 2013 dini hari yakni pukul 01.30 Wita. Tim yang terdiri dari Praktisi Supranatural, Mediator dan Presenter biasanya menjelajahi berbagai tempat untuk mencari informasi tentang tempat yang ditarget. Sebab  keangkerannya ataukah kemenarikan lainnya dari tempat tersebut.

Pada tayangan 6 Juli 2013 itu, ada klip tayangan  yakni presenter ditanya oleh mediator yang telah  disusupi makluk astral (bisa jadi Jin Muslim), dengan pertanyaan yang tidak disangka-sangka oleh presenter tersebut. Kira-kira  dialognya ( maaf saya tidak hapal benar kata per katanya , namun intinya) sbb :

Mediator (M) : Apa agamamu?

Presenter (P) : Agama saya (alhamdulillah ) Islam.

M                        : Bagaimana ( sahadat ) bisa disebut Islam?

P                         : Asyhaduallah ilaha illallah, asyhaduanna Muhammadar rasulullah. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah

dan saya bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah!

M                        : Kapan kamu ketemu Nabi Muhammad?

P                         : ( terdiam, entah mikir jawabanya atau mikir terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia sebab makluk astral itu

menggunakan bahasa Jawa), namun diterjemahkan langsung oleh anggota lain dari Tim.

M                        : (Belum sempat presenter menjawab, Mediator nyrocos ala penceramah)

Jadi Islam itu jangan ISLAM TURUNAN ( maaf , saya kapitalkan sebab ini urgen) . Maka mengajilah. Syahadat itu

bukan sekadar dihapal tetapi dengan hati, jiwa dan rasa.  Persaksian kalau kamu belum pernah melihatnya adalah

kesaksian palsu.

P                         : (singkat cerita ) Di akhir tayangan , sang presenter menitikkan air mata haru ( entah karena meresapi pencerahan

dari makhluk astral itu atau sebab lain, wallohua’lam bissawab)

Yang jelas, esensi materi dari dialog itu harus kita ambil pelajaran ( terlepas pro kontra acara itu ). Bahwa selama ini kita terlena oleh paradigma out of date. Yakni belajar (agama) dalam batas otak . Aplikasi ilmu agama berada dalam segi  Simak, Baca, Tulis dan Bicara pada dimensi fisikal. Padahal agama Islam  itu lebih banyak mengatur hubungan dengan Tuhan , yang berada pada dimensi metafisika.

Berdasarkan kajian peneliti : Al-Quran , sebanyak 6666ayat itu terdiri dari 48,5 % ayat tentang TAUHID ( yakni mengatur hubungan dengan Allah / keimanan/ aqidah/ kerohanian)  , 48,5 % tentang AKHLAK ( yakni mengatur hubungan dengan manusia /Amar ma’ruf & Nahi munkar/Jujur/adil/ Disiplin/Tg jwb/ Hormat ortu & sesama/HAM/ demokrasi/ giat kerja/ Rajin belajar/-Berilmu/ Menggunakan akal) dan 3 % tentang FIQIH ( yakni aturan-aturan  ttg  Sholat/ Haji/ Poligami/Jihad dll).

Dengan demikian seharusnyalah kita menggiatkan aplikasi tauhid dan akhlak meskipun yang bersifat  fiqih  tidak dibuang begitu saja.  Itulah Islam Kaffah. Nah, aplikasi Tauhid  ini lebih banyak menitikberatkan pada dimensi HATI, ROHANI  atau  DALAM DIRI daripada hanya mengandalkan HAFALAN OTAK. Dimensi hati, rohani atau dalam diri  itu tidak terbatas sedangkan dimensi jasmani terbatas.

Misal, saat kita muda remaja. Menyatakan I LOVE YOU   tidak sebatas hafal kata-kata /ai lof yu/ khan? Namun sampai ke dalam alam bawah sadar. Sampai ke alam mimpi. Sampai berasa puas di saat tidur. Padahal otak (yang sudah hapal kata-kata itu) tidak bekerja lagi. Pulas mendengkur. Bukti tidak bekerjanya otak adalah ketika ditanya (jangankan i love you, yang 8 huruf ) berapa 1+1  saja akan dijawab dengkuran . ZZZZZZZZZZZ!!!!!

Nah, mestinya belajar tauhid all roud sampai masuk ke dalam alam bawah sadar. Belajar menyebut / membaca ‘Allah’ dalam dua dimensi yakni alam jasmani/fisikal dan alam rohani/metafisikal. Belajar  membaca /menulis/mendengar/menyebut اللَّهِ tentu ada teknisnya(metodenya). Secara fisik carilah guru yang bisa mengajarkan baca, tulis   اللَّهِ dalam dimensi jasmaniah. Sedangkan secara metafisik , carilah guru yang bisa mengajarkan baca, bicara اللَّهِ  dalam dimensi rohaniah.  Syukur bertemu satu orang guru yang bisa mengajarkan keduanya.

Namun, sebagai warning, guru yang dimaksud itu adalah dari kalangan manusia bukan Jin apalagi syetan . Wallohua’lam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun