Mohon tunggu...
Dino Renaldo Pattinama
Dino Renaldo Pattinama Mohon Tunggu... -

saya seorang manusia biasa yang berusaha melakukan yang terbaik walau hasilnya tidak sempurna.\r\nhttp://catatanseorangpapa.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Memahami Jiwa si Buah Hati

5 Februari 2011   03:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:53 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagi orang tua dalam hal mendidik anak dengan penuh cinta dan kekaguman sewajarnya mengetahui apa yang dinamakan Sensitifitas Pembelajaran, dikarenakan setiap anak memiliki keunikan masing-masing, kita tidak bisa menyeragamkan cara memberi pembelajaran kepada sianak.

Ada anak yang memiliki RESPON TINGGI dan ada pula yang memiliki KETELIIAN TINGGI

Cirri-ciri Respon Tinggi: sianak cepat berminat pada sesuatu yang baru, cepat jenuh atau bosan, kurang bisa berkonsentrasi untuk suatu hal dalam jangka waktu yang lama, hingga hanya berfokus pada inti permasalahan. Kelebihan anak yang memiliki respon tinggi adalah sianak lebih cepat menguasai inti persoalan yang ada jika di bandingan dengan anak yang memiliki kepekaan ketelitian tinggi, kekurangannya adalaha hasil yang didapatkan tidak sebagus anak yang memiliki ketelitaian tinggi.

Cirri anak seperti ini akan terlihat sangat kritis, dimana rasa keingin tahuannya akan hal-hal baru , lebih sering bertanya walaupun hanya sekilas, jangan heran jika didalam kelas saat dia bersekolah nantisering mendapat teguran yang disebabkan expresi kebosanan dan kejenuhan itu mulai muncul. Dalam menghadapi tipe anak seperti ini pihak orang tua ada baiknya tim pengajar harus tetap berinovasi dalam cara menyajikan mata pelajaran agar sianak tidak cepat merasa bosan

Ciri-ciri Ketelitian Tinggi: menekuni segala sesuatu secara teliti dengan saksama berdasarkan prosudur yang ada, berfokus pada detail, dan dapat berkonsentrasi dalam jangka waktu yang cukup lama. Kelebihan anak seperti ini adalah sangat kecil membuat kesalahan disebabkan selalu menggunakan pertimbangan yang cukup matang dalam mengerjakan sesuatu misalnya dalam mengerjakan soal-soal ujian disekolah, kekurangannya adalah sianak terkesan lamban dalam mengerjakan sesuatu, waktu yang di butuhkan cukup lama jika dibandingkan anak yang cenderung memiliki kepekaan respon tinggi pada saat menerima pelajaran.

Ciri anak seperti ini akan memperlihatkan tingkah laku yang lebih kalem, karakter ketelitiannya sangat luar biasa karena tidak ada rasa bosan dalam dirinya dalam melakukan sesuatu aktifitas, semuanya di lakoni berdasarkan prosuder dan menditail hingga tidak ada satu bagianpun yang terlewatkan.

KEPEKAAN TERHADAP TINDAKAN

Ada dua prilaku dalam hal ini, yang cenderung ditunjukan oleh sianak

Ada anak yang menunjukan ANALISA TINGGI , dan ada anak yang cenderung menunjukan EKSEKUSI TINGGI

Ciri-ciri anak beranalisa tinggi: lebih sering mengunakan pertimbangan dalam melaksanakan semua aktifitasnya, agresifnya rendah, dapat dikatakan prilaku anak dengan kepekaan analisa ini hamper sama dengan prilaku yang ditunjukan anak yang memiliki ketelitaian tinggi, prilkaku yang penuh pertimbangannya berdasarkan daya nalar kemampuan yang dimilikinya

Ciri-ciri anak dengan prilaku Eksekusi tinggi: dalam melaksanakan aktifitasnya selalu berdasarkan respon tanpa berpikir lama, agresif. Tipe anak yang seperti ini tampak terlihat selalu ceria, daya reflexnya cukup luar biasa dalam menghadapi keadaan genting dalam waktu yang sangat singkat, tapi prilaku sianak ini lebih terkesan terburu-buru dalam melakukan suatu aktifitas, yang harus diperhatikan bagi orang tua yang memiliki tipe anak seperti ini adalah, harus selalu diberi penekanan akan kelebihannya yang dapat menimbukan resiko, katakana saja pada saat mau menyeberang jalan sianakcenderung tidak begitu memperhatikan keadaan disekitarnya.

Dari kepekaan diatas jelas ada kelebihan dan kekurangannya begitulah manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya, hingga kita dapat merasakan semua anugerah dengan cinta dan kekaguman.

TEKNIK PEMBELAJARAN

Sampai saat ini ada tiga pendekatan teknis cara pembelajaran kepada anak, sebab tidak semua anak memiliki kepekaan dalam menerima pembelajaran, baik juga bagi para ornag tua pada saat memberikan didikan kepada putra-putrinya agar lebih optimal dimengerti sianak.

Anak yang sangat peka dengan suara ( AUDIOTORY)

Anak-anak seperti ini lebih cepat menerima pembelajaran dalam hal apa saja jika semua stimulus yang diterima disajikan melalui gelombang suara, seperti lebih senang belajar dengan mendengarkan music, ataupun memperhatikan gurunya didepan kelas member pelajaran. Kemampuan anak-anak seperti ini untuk menguasai lebih dari satu bahasa asing kepekaannya sangat tinggi, ataupun dalam dunia music yang pasti digemarinya

Anak yang sangat peka terhadap apa yang dilihatnya (VISUAL)

Kebiasaan meniru adalah kecenderungan anak-anak dalam melewati proses kehidupan , tetapi ada sebagian anak yang memiliki kemampuan lebih untuk menyerap apa yang dilihatnya, katakana saja sianak gemar menonton, kita orang tua harus sebijaksana mungkin meng optimalkan kelebihan sianak dengan memberi pelajaran yang disajikan dalam bentuk visual. Sianakpun lebih cepat memahami apa yang dilihatnya, mulai dari gambar,Photo. Ataupun membaca grafik dan filem-filem yang bernuansa edukasi.

Anak yang Peka terhadap gerakan ( KINESTETIC)

Tipe anak seperi ini sangat peka terhadap pembelajaran jika disajikan melibatkan gerak fungsi tubuh dan panca inderanya, dengan kata lain anak tipe ini lebih menyenangkan bagi dirinya melakukan pelajaran praktek, berteorypun bisa tetapi agak lamban jika dibandingkan denga kedua tipe anak yang peka terhadap VISUAL & KINETETIC.

Sangat mengagumkan ciptaan Tuhan, entah berapa banyak sudah manusia yang hidup didunia ini dicipakan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tapi jangan berkecil hati semua dalam keseluruhan mempunyai bobot dan takaran dimata NYA.

Dari mereka dilahirkan anak-anak tersebut sudah memiliki daya observasi.Respon kemampuan untuk mengamati, membedakan bentuk visual,dan memahami,dapat kita lihat bayi- bayi mungil itu mulai menggerakan bola matanya walaupun dengan jarak pandang yang tidak begitu jauh, mengamati wajah ayah dan bundannya dan lingkungna disekitarnya. Pada tahap ini bayi yang mungil ini mulai mengenal lingkungannya, satu proses pembelajaran akan dilaluinya agar dapat hidup bersosialisai dengan lingkungannya.

Setelah belajar dari observasi bayi itu mulai tumbuh dengan fungsi-fungsi jiwa lainnya,kemampuan berkomunikasi dengan mengunakan bahasa lisan dan belajar membedakan bunyi untuk melatih panca indranya, bayi mungil itu mulai bisa membedakan suara ayah dan ibunya, bahkan suara pengasuh maupun bunyi nada yang didengarkannya.

Pada tahap berikut kecekatan operasionalpun mulai ditekuninya, demi meng efektifkan gerak fisik ( motorik). Dengan penuh kekaguman kita orang tua juga dapat melihat dan merasakan dengan penuh cinta bagaimana sianak mulai menggunakan logika dan mulai menunjukan ketrampilan yang dimiliknya.

Anak- anak kecil penuh dengan apa yang dinamakan IMAJINASI, saat memahami dimensi ruang, kerap kita dapat melihat mereka mulai bermain sendiri ataupun berbicara. Ada anak anak tertentu yang memiliki kemampuan imajinasi diatas rata-rata teman seusianya, yang harus diwaspadai apabila sianak dapat menciptakan teman imajinasinya yang selalu menemani dia bermain. Langkah yang bijaksana apa bila orangtua mengadakat pendekataan dengan berkomunikasi denga mendengarkan apa yang dia hayalkan hingga dapat diarahkan ke kegiatan yang bersifat positif, seperti mengarang cerita, membuat puisi, hingga dapat menyalurkan potensi yang luar biasa yang tersimpan dalam diri sianak.

Kemampuan berinovasi, banyak hal yang mendukung agar anak-anak kita dapat selalu berinovasi tak lepas dari kemampuan sianak dalam berinter aksi, kepemimpinan, intuisi dan kreatifitas tanpa dukungan dari aspek-aspek terkait niscaya kemampuan untuk berinovasi tersebut tidak akan pernah terwujud.

ANAK-ANAK INGIN SELALU DILINDUNGI

Terlintas terdengar sangat sederhana “dilindungi” tapi bukankah hal yang sederhana itu sangat sulit untuk dilakukan?.Memberi perlindungan adalah suatu kehormatan bagi orangtua mendapat kepercayaan untuk melindungi sibuah hati, sebagaimana adanya anak-anak itu sejak pertama kali dilahirkan diposisikan pada situasi untuk tidak dapat memilih. Alangkah indahnya jika kita dapat menjaga mereka tumbuh bersama fungsi-fungsi jiwanya, memperhatikan perubahan spektrum warna kehidupan yang begitu pesat berubah, hingga suatu waktu orangtua dapat mengembalikan kepercayaan itu di saat putra-putrinya sudah dapat menjaga dirinya sendiri dengan penuh percaya diri.

Terkadang orangtua melakukan hal yang keliru disaat merasa cukup memberikan perhatian sebatas makan, baju dan tempat berteduh sementara jiwa sianak akan terus kehausan dan lapar, anak-anakpun juga memiliki kebutuhan Emosi dan Spiritual yang harus dipenuhi. Alangkah bahagianya kita melihat mereka tumbuh dewasa penuh dengan sejuta hrapan yang siap digapai olehnya dengan penuh percaya diri, kepercayaan diri itu tidak akan muncul jika sianak tidak mengenal dirinya sendiri.

Anak-anak ingin selalu dihargai

Perbedaan mendasar antara anak dengan orangtua tertumpu pada waktu. Dalam arti kata orangtua terlebih dahulu menjalani proses kehidupan, selain dari pada itu antara anak dengam orangtua sama-sama menjadi subyek kehidupan yang memiliki rasa. Bagaimana sepasang orangtua ingin selalu dihormati dan dihargai putra-putrinya sementara meraka tidak pernah mau menghargai anak-anaknya? Dan selalu berlindung dibalik baju kebesaran orangtua yang “tidak pernah salah dalam tingkah lakunya”

Kasih dan sayang adalah kebutuhan jiwa setiap makluk ciptaan tuhan, apalagi sesosok figur manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, anak-anak itu begitu peka merasakan segala sesuatu yang berkaitan dengan rasa entah masalah kasih sayang ataupun perasaan ketidak nyamanan dalam membagi kasih ( keadilan) mereka mempunyai intuisi yang tidak pernah salah dalam menilai rasa, terkadang kita orngtua menyepelakanhal ini, dengan terburu-buru membuat satu pernyataan bahwa Oh,,dia tipenya pengiri, pencemburu dan sebagainya,  mari kita belajar mengevaluasi diri atas prilaku orangtua dalam berbagi kasih kepada putra-putrinya.

Merasa ketidak adilan dalam menerima kasih mempunyai dampak yang cukup lama,dan secara akumalatif terekam dalam benak sianak, apalagi bagi orangtua yang memiliki banyak anak sampai dimana pemerataan kasih sayang orangtua itu? Mungkin selama figur orangtua masih tetap mendampingi putra-putrinya menjalani proses kehidupan belum terjadi persoalan yang berarti! Tetapi masalah akan muncul dikemudian hari, sudah banyak contoh kehidupan terjadi ratusan hubungan kekeluragaan retak dikarenakan persaan ketidak adilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun