Terkuaknya catatan sejarah mengenai adanya kerajaan pertama di Nusantara terkuak dari penelitian ilmuwan sejarah Perancis pada tahun 1930-an.
Perancis yang pada 1897 mulai menjajah wilayah Indochina, yaitu Vietnam, Kamboja dan Laos, tidak saja mengeruk kekayaan alam dan mengeksploitasi SDM di Indochina melainkan juga melakukan studi atau penelitian budaya dan sejarah masa lampau negeri-negeri di Asia, atau mereka menyebutnya Extrime-Orient (Asia Timur Jauh).
Asia Timur Jauh yang diteliti oleh lembaga l'Ecole Francais d'Extrime-Orient (Sekolah Prancis untuk Asia Timur Jauh) itu tak hanya meneliti sejarah dan budaya Indochina saja, melainkan juga mereka mempelajari Hindia Belanda (Indonesia sekarang) hingga negeri tirai bambu, yaitu China.
Dari studi lembaga penelitian Prancis tentang Asia Timur Jauh itulah terungkap, adanya catatan dari era Dinasti Han Timur di China, 132 Masehi.
Paul Pelliot yang bertugas untuk meneliti sejarah dan budaya serta politik China menemukan detail catatan dari masa abad kedua Masehi tersebut. Dalam catatan itu tercantum mengenai adanya kunjungan dari kerajaan di Yeh Tiao, dengan rajanya Pien.
Yeh Tiao ini jika diartikan adalah Yava Dvipa, atau Jawa Dwipa yaitu Pulau Jawa. Sedangkan raja Pien itu berarti Dewawarman.
Dituliskan bahwa pada bulan 12 tahun ke-6 pemerintahan Kaisar Shun, negeri Yetiao mengirimkan utusan dan mempersembahkan upeti kepada Dinasti Han Timur.
Catatan di China itu disusun oleh Fan Ye (398-445 M) dalam jilid 6 Kitab Han Akhir (Hou Han Shu).Â
Laporan hasil penyelidikan Paul Pelliot ini dituangkannya dalam bulletin l'Ecole Francais d'Extrime-Orient, Vol. 4 No. 1/2 tahun 1904.