Mohon tunggu...
Erri Subakti
Erri Subakti Mohon Tunggu... Penulis - Analis Sosial Budaya

Socio Culture Analyst

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terkuaknya Kerajaan Pertama di Nusantara dari Catatan China Abad ke-2 Masehi

25 Oktober 2024   09:40 Diperbarui: 25 Oktober 2024   09:40 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkuaknya catatan sejarah mengenai adanya kerajaan pertama di Nusantara terkuak dari penelitian ilmuwan sejarah Perancis pada tahun 1930-an.

Perancis yang pada 1897 mulai menjajah wilayah Indochina, yaitu Vietnam, Kamboja dan Laos, tidak saja mengeruk kekayaan alam dan mengeksploitasi SDM di Indochina melainkan juga melakukan studi atau penelitian budaya dan sejarah masa lampau negeri-negeri di Asia, atau mereka menyebutnya Extrime-Orient (Asia Timur Jauh).

Asia Timur Jauh yang diteliti oleh lembaga l'Ecole Francais d'Extrime-Orient (Sekolah Prancis untuk Asia Timur Jauh) itu tak hanya meneliti sejarah dan budaya Indochina saja, melainkan juga mereka mempelajari Hindia Belanda (Indonesia sekarang) hingga negeri tirai bambu, yaitu China.

Dok. Pribadi.
Dok. Pribadi.
Dari studi lembaga penelitian Prancis tentang Asia Timur Jauh itulah terungkap, adanya catatan dari era Dinasti Han Timur di China, 132 Masehi.

Paul Pelliot yang bertugas untuk meneliti sejarah dan budaya serta politik China menemukan detail catatan dari masa abad kedua Masehi tersebut. Dalam catatan itu tercantum mengenai adanya kunjungan dari kerajaan di Yeh Tiao, dengan rajanya Pien.

Yeh Tiao ini jika diartikan adalah Yava Dvipa, atau Jawa Dwipa yaitu Pulau Jawa. Sedangkan raja Pien itu berarti Dewawarman.

Dituliskan bahwa pada bulan 12 tahun ke-6 pemerintahan Kaisar Shun, negeri Yetiao mengirimkan utusan dan mempersembahkan upeti kepada Dinasti Han Timur.

Catatan di China itu disusun oleh Fan Ye (398-445 M) dalam jilid 6 Kitab Han Akhir (Hou Han Shu). 

Laporan hasil penyelidikan Paul Pelliot ini dituangkannya dalam bulletin l'Ecole Francais d'Extrime-Orient, Vol. 4 No. 1/2 tahun 1904.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Fakta ini menjadi sesuai dengan Naskah Wangsakerta dari Pangeran Wangsakerta Kesultanan Cirebon. Dalam naskah Wangsakerta juga disebutkan adanya kerajaan pertama di Pulau Jawa yang bernama Salakanagara, dengan rajanya Dewawarman.

Pada tahun 132 Masehi itu adalah 2 abad sebelum kemunculan "Kutai Kertanegara" (350 M) di Kalimantan, yang sudah puluhan tahun disebut sebagai kerajaan tertua/pertama di Nusantara, dalam buku-buku sejarah Indonesia.

Padahal jauh 200-an tahun sebelum Kutai Kertanegara, telah muncul kerajaan yang mendahuluinya yaitu Salakanagara, jika diterjemahkan Salakanagara (bahasa Sansekerta) artinya Negara Perak.

Keterangan ini semakin diperkuat oleh buku Geographia karya Claudius Ptolemaeus, ahli geografi dan astronom dari Yunani yang tinggal di Mesir pada tahun 150 Masehi.

Dalam buku Geographia itu Ptolemaeus telah mencatat adanya Argyre (bahasa Yunani, yang artinya negeri perak) yang terletak di Iaba-diu. Iaba itu artinya Yava. Diu artinya Dvipa.

Jadi Ptolemaeus pada tahun 150 Masehi telah membubuhkan catatan dalam buku Geographia mengenai negeri perak atau Salakanagara yang terletak di Yava Dvipa atau Pulau Jawa.

Dituliskan bahwa negeri perak itu terletak di ujung barat Pulau Jawa.

Colonel Gerini, M.R.A.S dalam hasil penelitiannya Researches of Ptolemy's Geography on Eastern Asia, pada 1910, mengutip apa yang dituliskan oleh Ptolemaeus di tahun 150 Masehi itu, mengenai "negeri perak" di Jawa.

"... kesuburannya luar biasa, dan menghasilkan banyak emas, dan mempunyai ibu kota bernama Argyre (negeri perak/Salakanagara), di ujung paling baratnya."

Nah kan....


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun