Menelusuri berbagai literatur sejarah, bahwa apa yang terjadi dan berkembang di belahan dunia lain, mempengaruhi perubahan besar di belahan bumi lainnya.
Salah satunya mengenai awal kemunculan berdirinya kerajaan pertama di Nusantara. Seperti telah saya tuliskan dalam beberapa artikel sebelumnya.
Dari catatan di China saat Dinasti Han pada tahun 132 Masehi, ada kunjungan utusan dari kerajaan Yehtiao (Jawa) dengan rajanya yang bernama Pien (Dewawarman dalam bahasa Sansekerta).
Juga dari tulisan Claudius Ptolemaeus di tahun 150 Masehi yang berjudul Geographia, ia menuliskan bahwa ada "negeri perak" (Argyre dalam bahasa Yunani) di Asia Timur, yang terletak di Iaba-diu (Yava Dvipa), alias Jawa Dwipa atau Pulau Jawa.
Pada abad kedua itulah Kekaisaran Romawi telah menguasai sebagian wilayah bumi dari Eropa Barat hingga Inggris sampai Afrika bagian Utara seperti Mesir, hingga ke wilayah Asia seperti Persia dan semenanjung Arab. ("History of the Decline and Fall of the Roman Empire", Edward Gibbon ESQ, London, 1906)
Romawi telah menjadi satu peradaban maju saat itu (selain Dinasti di India dan China). Sistem tata negara, politik, organisasi, birokrasi, ekososbudhankam juga hukum telah mempengaruhi seluruh wilayah yang ditaklukan Romawi.
Masa ini disebut masa damai. Jumlah orang kaya Romawi pun meningkat, diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan barang mewah, baik dari China atau India.
Sementara itu hubungan perdagangan antara Romawi dan India sudah berlangsung selama berabad-abad.
Jumlah kapal yang berlayar ke India meningkat dari 20 menjadi lebih dari 120 kapal. Orang Romawi yang kaya membutuhkan rempah-rempah, lada, sutra, emas, dan perak.
Pada abad kedua itu, India dikuasai oleh Kekaisaran Kushan yang memiliki hubungan diplomatik dengan Kekaisaran Romawi, Persia dan Cina. Beberapa abad Kushan menjadi pusat perdagangan antara Barat dan Timur.
Seiring perluasan kekaisaran Romawi, untuk mendapatkan rempah-rempah dan barang mewah lainnya yang dibutuhkan bangsa Eropa, Mesir, Persia, dan Arab, alat tukar yang digunakan adalah perak, sebagai mata uang di India.
Meningkatnya Kebutuhan Perak di India
Kebutuhan akan perak pun meningkat di India.
Para pedagang India mencari sumber perak dari wilayah lain hingga ke Pulau Jawa, yang sebelumnya juga telah tercipta jalur perdagangan rempah atau lada antara India dan Nusantara.
Dewawarman dari India Selatan yang hijrah ke wilayah Barat Pulau Jawa pun akhirnya memilih untuk membantu (dan membangun) masyarakat di bagian paling Barat Pulau Jawa dalam menghadapi para bajak laut di Selat Sunda. Lalu akhirnya mendirikan kerajaan yang memiliki sumber daya alam tambang perak di wilayah Teluk Lada, Pandeglang.
Keputusan Dewawarman yang menjadi raja pertama "Negara Perak" (Salakanagara dalam bahasa Sansekerta) adalah juga guna untuk men-supply kebutuhan India akan perak. Dimana masa itu Kekaisaran Romawi tengah jaya, banyak orang kaya yang mampu membeli barang mewah, dengan mata uang perak.
Pada pertengahan abad kedua Masehi, kapal Romawi akhirnya mencapai Vietnam. Dan pada 166 Masehi, kedutaan Romawi pertama mengunjungi China, pada saat itu diperintah oleh dinasti Han.
Dewawarman I Raja Salakanagara pada masa itu juga telah membuka hubungan baik dengan Dinasti Han di China. Dewawarman sebelumnya telah mengirim utusan ke Kerajaan China dan memberikan upeti agar bisa melebarkan sayap ekspor perak Salakanagara ke dunia Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H