Mohon tunggu...
Erri Subakti
Erri Subakti Mohon Tunggu... Penulis - Analis Sosial Budaya

Socio Culture Analyst

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pasar Mama-mama Papua Finalis Festival Arsitektur Dunia

11 Oktober 2015   07:44 Diperbarui: 11 Oktober 2015   17:14 2338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

World Architecture Festival merupakan ajang bergengsi rancangan-rancangan bangunan di dunia yang diselenggarakan setiap tahun semenjak tahun 2008. Pertama kalinya kegiatan berkelas ini diselenggarakan di Barcelona. Untuk Tahun 2015 kali ini akan diadakan di Singapura pada tanggal 4-6 November 2015.

Kabar gembira pun datang beberapa bulan lalu ketika konsultan arsitektur Hadiprana yang mengirimkan desain Pasar Mama-mama yang akan dibangun di Kota Jayapura, Papua, memberikan informasi bahwa rancangan pasar yang merupakan salah satu janji Presiden Jokowi di Papua terpilih sebagai short-listed dalam kategori Commercial Mixed-Use Future Project.

Sebagai catatan, Hadiprana bersama Pokja Papua membuat konsep desain Pasar Mama-mama ini secara sukarela sebagai relawan Jokowi saat itu. Rancangan pun dibuat dengan pendekatan bottom up, apa sih sebenarnya yang dibutuhkan mama-mama Asli Papua dalam berjualan di Pasar, dan juga dengan sentuhan ciri khas Papua, sehingga pasar yang dibangun sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal.

Sebagaimana saya tuliskan dalam artikel-artikel terdahulu, bahwa pada tanggal 24 Desember 2014 lalu, Bapak Presiden Jokowi melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan pasar di Papua. Dan Pasar Mama-mama yang terletak di tengah Kota Jayapura juga merupakan pasar yang akan dibangun diperuntukkan bagi mama-mama asli Papua yang saat ini masih berjualan di emperan. Jokowi saat itu menjanjikan bahwa pasar yang akan dibangun nanti gratis untuk mama-mama Papua. Mereka tidak perlu menyewa/membeli lapak atau kios di pasar tersebut.

[caption caption="Gambar: by Hadiprana"][/caption]

 

[caption caption="Gambar: by Hadiprana"]

[/caption]

[caption caption="Gambar: by Hadiprana"]

[/caption]

[caption caption="Gambar: Hadiprana"]

[/caption]

[caption caption="Gambar: by Hadiprana"]

[/caption]

Pasar Mama-mama di Papua merupakan issue yang sudah bertahun-tahun belum mendapatkan titik terangnya kapan akan mulai dibangunnya pasar bagi para penjual yang mayoritas adalah mama-mama asli Papua. Pada artikel sebelumnya telah saya katakan bahwa  rancangan yang dibuat kali ini sesungguhnya jauh lebih menghemat biaya jika dibandingkan dengan rencana pembangunan sebelumnya yang mencapai Rp 189-an miliar. Sedangkan rancangan arsitektur Pasar Mama-mama yang dibuat oleh Hadiprana bersama Pokja Papua hanya membutuhkan biaya pembangunan sebesar Rp 31 miliaran saja.

Sementara itu di Sentani, Kabupaten Jayapura, salah satu pasar lagi yang juga dijanjikan Jokowi untuk para pedagang asli Papua juga sedang dibangun, yaitu Pasar Pharaa, Sentani.

Gambar: dok pribadi, Pokja Papua

Berbagai elemen saat ini terus bekerja, baik itu dari kalangan profesional, pemerintah, BUMN, relawan, untuk memberikan yang terbaik dalam rangka membangun negeri ini menjadi negeri yang menyejahterakan masyarakat yang selama ini kurang diperhatikan.

Kita harapkan bersama semoga Desain Pasar Mama-mama untuk Papua ini bisa mendapatkan hasil yang terbaik bagi masyarakat asli Papua. Bahkan menjadi pasar percontohan, seperti dikatakan Presiden Jokowi saat meninjau pembangunan Pasar Pharaa di Sentani pada 9 Mei 2015 lalu.

(Erri Subakti)

Artikel terkait:

Jokowi: Ini Pasar Percontohan Pertama di Indonesia

Mewujudkan Janji Jokowi di Papua 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun