"Ini benar-benar sulit banget dan selama berjalan, sejauh ini lebih baik. Kecuali di tahun pertama. Kaki ke kepala, kepala ke kaki," kisahnya.
"Pekerjaan di belakang meja itu sangat banyak seperti keuangan, infrastruktur, rekrutmen orang, operasional, ada pajak yang harus diurusi, dan saat itu aku cuma dibantu seorang teman yang sama sekali dia tidak memiliki latar belakang PR," beber Lolo.
Ini karena Lolo masih melakukan semuanya sendiri, mulai dari pembuatan proposal, presentasi proyek, monitoring. "Dari hulu hingga hilir, dikerjain sendiri," katanya.
Setelah tiga bulan pertama, Lolo berani menambah satu orang tenaga kerja. Di tahun pertama, Piar Colsuting menerima sedikitnya tujuh merek. Dan di tahun-tahun berikutnya mulai bertambah klien yang ditangani dalam setahun, belasan, hingga puluhan hingga kini.
Kerja keras, kegigihan, dan endurance-nya kini membuahkan hasil. Saat ini ia bisa kapan saja travelling dan melakukan hobby lain yang dia cintai, yaitu diving. Dengan revenue setahun mencapai miliaran rupiah, di usianya yang genap 36 tahun pada Juni 2015 ini, sungguh sebuah prestasi yang amat membanggakan.
Kemarin 14 Juni 2015 lalu bertempat di sebuah cafe di bilangan Jakarta Selatan, Lolo memamerkan karya-karya fotografi bawah lautnya bertema "Thalassopile" yang artinya orang yang mencintai lautan. Dan kembali saya melihat potensi 'nilai rupiah yang besar' dari hobby keduanya ini.
(ES)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H