Mohon tunggu...
Erri Subakti
Erri Subakti Mohon Tunggu... Penulis - Analis Sosial Budaya

Socio Culture Analyst

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

'Pake Mulut Aja...'

5 April 2012   02:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:01 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar tahun 1995-an sekelompok remaja SMA yang biasa 'nongkrong' di kantin Kolese Gonzaga, pada saat tidak ada kegiatan di kelas, menumpahkan kreatifitas iseng mereka. Mereka bukan sekedar 'gitaran' dan nyanyi-nyanyi seperti anak nongkrong biasa, tapi justru memainkan musik dengan mulut mereka masing-masing. A capella.. atau akapela... begitu sebutan cara bernanyi tanpa iringan instrumen musik. Irama yang dihasilkan hanya bersumber dari kemampuan suara yang keluar dari mulut saja. Para remaja itu adalah Prihartono "Anton" Mirzaputra, Michael "Biyik" da Lopez, Hekko Wicaksono, Enriko "Iko" Simangunsong, Pambudi "Bayu" Bayuseno, dan Jimmy. Dan mereka menamakan diri mereka, Jamaica Cafe, yang kini telah 17 tahunan malang melintang tampil di berbagai pentas seni sekolah dan kampus, cafe, stasiun TV dan acara-acara khusus di berbagai kota di Indonesia. Bahkan dari aktivitas iseng yang kreatif di kantin itu dulu, mereka juga berkesempatan menampilkan kemampuannya di Esplanade Concert Hall Singapura (Feb. & Dec 2005). [caption id="" align="alignnone" width="604" caption="indowebster.web.id"][/caption] Meski dalam perjalanannya, Jamaica Cafe sempat bergonta-ganti personel dan pernah juga menjadi sebuah grup band lengkap dengan instrumennya, namun sejak 1996/1997 grup ini konsisten dengan akapela-nya. Jamaica Cafe mampu membawakan berbagai jenis musik, seperti reggae, rock, disko, dangdut, bahkan etnik, dengan melakukan eksplorasi suara atau bunyi-bunyian dari berbagai instrumen musik. Dalam album kompilasi Erwin Gutawa – Salute to Koes Bersaudara Plus, 2003, Jamaica Cafe menyanyikan lagu ”Nusantara II” secara acapela. Itu berarti bunyi-bunyian alat musik tradisionalnya pun berasal dari mulut mereka sendiri. Penghargaan-penghargaan yang pernah diterima oleh Jamaica Cafe adalah dari MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai grup musik pertama yang merilis album "Musik Mulut," (2004) di mana seluruh irama dan bunyi-bunyian instrumen musiknya berasal hanya dari mulut. Jamaica Cafe juga pernah mendapatkan penghargaan "Supporter of Honor" dari World Wildlife Fund.

Adalah Anton yang hanya memiliki dua tangan sebatas siku dan kakinya yang kiri hanya sebatas lutut, salah satu personil grup Jamaica Cafe ini yang justru menonjol kemampuan musikalitasnya. Anton memiliki suara yang paling bagus, karenanya dia lead vocal Jamaica Cafe. Kepandaiannya merangkai nada juga luar biasa hingga karya-karyanya banyak terdapat di album Jamaica Cafe. Tak ada rasa minder, mudah menyerah, keluh atau putus asa. Anton menjadikan dirinya sebagai motivator di dalam Jamiaca Cafe. Misalnya saat grup ini akan tampil atau berkolaborasi dengan musisi terkenal lokal maupun internasional, seperti Neri Per Caso (Italia), INSPI (Jepang), Nash (Malaysia) dll., justru Anton-lah yang selalu menyemangati agar tidak minder. Sosok seperti Anton adalah sosok yang ikhlas 'kehilangan' bagian-bagian tubuhnya yang penting, namun tak pernah kehilangan antusiasme. Dan antusiasme menjadi lebih menyenangkan jika dibumbui dengan inspirasi, motivasi dan sejumput kreativitas. Kita semua memang sesungguhnya mampu melakukan hal-hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam hidup kita, if we just first believe in ourselves. Nah sekarang, selamat menikmati "Terajana" karya Bang Haji Rhoma Irama yang dibawakan secara akapela oleh Jaimaica Cafe dalam videoklip di atas..., sebagai penambah antusiasme kita hari ini. Semangaaattt..!! :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun