Mohon tunggu...
Erri Subakti
Erri Subakti Mohon Tunggu... Penulis - Analis Sosial Budaya

Socio Culture Analyst

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dear Ri, Assessment itu Seperti 'Pedekate'

31 Maret 2012   02:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:14 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah tulisan serial catatan harian seorang Socio-cultural Analyst. Tanpa bermaksud mengesankan 'ke-aku-an' namun dengan cara menulis seperti menulis 'diary' saya harap bisa meng-eksplorasi berbagai ide dan gagasan yang ada di kepala saya yang belum sempat tertuang menjadi sebuah artikel. (Bagian 1) [caption id="attachment_179353" align="aligncenter" width="320" caption="dok. pribadi"][/caption] Dear Ri..., InsyaAllah bulan depan aku akan ditempatkan di region yang lebih 'nyaman' setelah dua tahun lalu aku ditempatkan di site yang paling 'bermasalah' di dalam perusahaan ini. Perusahaan tempat aku bekerja ini adalah perusahaan perkebunan swasta yang telah beroperasi sejak 20 tahun lalu. Didirikan sebagai bagian dari program transmigrasi yang diusung oleh pemerintah saat itu. Dan wilayah itu merupakan pertama kalinya transmigrasi dibuka di Kalimantan. Aku jadi teringat saat di hari pertama aku bekerja di perusahaan ini. Pagi harinya Direktur Operasional memaparkan filosofi, visi misi dan arah perusahaan ke depan, termasuk 'curhat'nya akan site yang dipimpinnya, lalu dilanjutkan berbincang dengan lawyer perusahaan. Ia memaparkan secara general kasus-kasus hukum yang dihadapi perusahaan yang kebanyakan 'konflik' antara perusahaan dan warga /kelompok masyarakat setempat. Maklumlah seperti kita ketahui bersama bahwa perusahaan perkebunan kelapa sawit hingga kini masih menyisakan berbagai residu konflik dengan masyarakat sekitar perkebunan, dari aktivitas-aktivitasnya di masa lalu. Dear Ri, Socio Cultural Analyst, atau analis sosial budaya, adalah profesi pekerjaanku di perusahaan ini. Di tahun pertama aku bekerja, aku ditugaskan untuk meneliti masyarakat dan lingkungan di 11 desa di Kalimantan Tengah. Hasil kajian dan laporanku sedianya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan Community Development (CD) atau yang banyak perusahaan menyebutnya dengan CSR (corporate social responsibility). Dan laporanku itu bisa menjadi second opinion dalam memandang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan untuk melakukan langkah solutif. Tentu dari sudut pandang sosiologis, bagaimana aspek-aspek sosial mempengaruhi produktivitas perusahaan. Untuk itu aku merumuskan apa saja yang akan kukerjakan. Pertama-tama adalah Assessment. Assessment merupakan langkah awal yang paling penting. Seringkali dalam sebuah program pemberdayaan masyarakat dan sejenisnya, program CSR tersebut hanyalah sebuah gagasan yang bersifat top down tanpa melihat bagaimana karateristik warga masyarakat yang di-sasar dan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Misalnya sebuah perusahaan tambang emas di mana lingkungan sekitarnya banyak warga yang melakukan pekerjaan menambang emas secara 'ilegal' dan paktek ini telah berlangsung bertahun-tahun (bahkan puluhan tahun). Kemudian perusahaan melakukan kegiatan CSR-nya dengan memberikan bantuan modal berupa hewan ternak, dengan maksud agar warga masyarakat berhenti melakukan aktivitas penambangan emas yang membahayakan itu. Lalu bisa ditebak apa yang terjadi? Program tersebut gagal..! Hewan ternak itu cepat menyusut jumlahnya dari desa karena mereka belum terbiasa dan tidak tau bagaimana caranya beternak dengan baik dan menghasilkan. Banyak hewan yang akhirnya dijual oleh para penerima bantuan. Hal ini dikarenakan warga masyarakat tersebut telah memiliki kebiasaan mencari nafkah dengan pola fast money (uang cepat). Itu istilahku menilai mereka yang terbiasa melakukan pekerjaan dengan resiko yang sangat besar (bertaruh nyawa) dengan imbalan yang sangat besar (dan cepat). Kebiasaan pencarian nafkah seperti ini tidak begitu saja langsung bisa diubah hanya dengan memberikan modal hewan ternak, karena untuk beternak pola kerja yang dilakukan sungguh berbeda dengan bekerja bertaruh nyawa untuk imbalan cash segera. Memelihara hewan ternak tentu dibutuhkan pengetahuan-pengetahuan dan kesabaran yang berbeda dibanding pekerjaaan lain karena uang atau hasil yang didapat tidak serta merta langsung bisa dinikmati saat itu hari itu. Diperlukan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasilnya. Dear Ri..., Aku melakukan langkah assesment ini dengan menggunakan berbagai teknik dan metode penelitian masyarakat yang kutau, yaitu PRA (Participatory Rural Apparisal) dan RRA (Rapid Rural Appraisal). Keduanya metode itu sama-sama menggali apa yang dibutuhkan warga masyarakat desa dan potensi apa yang ada di lingkungan desa, sehingga usulan untuk kegiatan CD (community development) pun bisa bersifat bottom up. Perbedaan kedua metode tersebut salah satunya adalah soal efisiensi waktu, dan cost (biaya) yang dikeluarkan untuk penelitian. RRA tentu lebih 'rapid' (cepat) dalam penggalian datanya. Aku juga menggunakan pendekatan kualitatif dan juga kuantitatif untuk mendapatkan data dan fakta (sosial dan lingkungan) yang paling mendekati dalam pengaruhnya terhadap produktivitas perusahaan. Untuk itu aku membagi kegiatan assesment ini menjadi beberapa fokus-nya, yaitu:

  • Penilaian Sosial dan Lingkungan untuk Pengambilan Keputusan Investasi (Social and Environmental Aspects of Investment Screening)
  • Penilaian Dampak Sosial dan Lingkungan (Social and Environmental Impacts Assessment)
  • Survei Data Dasar (Baseline Survey)
  • Penilaian Kebutuhan Masyarakat (Community Needs Assessments)
  • Pemetaan Isu Strategis dan Pemangku Kepentingan (Strategic Issues and Stakeholder Mapping)
  • Kajian Kebijakan dan Manajemen Pengembangan Masyarakat (Review on CD Policy and Management)

Dear Ri, Assessment itu kalau dipikir-pikir sebenarnya seperti saat kita sedang melakukan 'pedekate' (pendekatan) pada orang yang ingin kita jadikan pacar. Kita mencari berbagai informasi 'data dan fakta' apa yang disenangi oleh sang pujaan hati, kita mencari tau di mana rumahnya, nomor teleponnya, bagaimana keluarganya, dan karakteristik dasar atau kebiasaan-kebiasaannya, lalu kita mencari cara, teknik mana yang akan kita apply untuk mendekatinya. Waduh... kayaknya udah sedikit panjang nih... untuk langkah kedua dalam pekerjaan analis sosial budaya akan aku tulis di bagian kedua ya...

***** *Selanjutnya : Dear Ri, Kalau Sudah Maju Pantang Mundur

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun