Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memaknai (Peluang) Kemenangan Pramono-Rano

25 November 2024   09:30 Diperbarui: 25 November 2024   17:57 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan resmi deklarasikan dukungan untuk Pramono-Rano di Lapangan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2024). (KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU)

Meski tidak sepenuhnya (dan utuh) terjadi, apa yang saya bayangkan dalam artikel "Satu atau Dua Putaran, Inilah Kunci Kemenangan Pramono-Rano" (Kompasiana, 19 November 2024) benar-benar terbukti.

Ahokers dan Anak Abah bertemu sebagai satu barisan dalam panggung kampanye. Mereka bersatu-padu mengkhitiarkan kemenangan Paslon Pramono-Rano dalam Pilgub Jakarta.

Pertemuan sinergi dan kekuatan elektoral itu berlangsung pada kampanye akbar terakhir Pramono-Rano di Stadion Madya GBK, 23 November lalu.

Sayangnya, Anies sendiri tidak bisa hadir dan hanya diwakili oleh isterinya, Ibu Ferry Farhati di tengah lautan massa yang juga dihadiri sejumlah mantan Gubernur DKI Jakarta.

Sayangnya lagi, Megawati juga tidak hadir. Padahal saya membayangkan tiga sosok berdaya magnet kuat ini hadir dalam satu panggung kampanye: Megawati, Anies dan Ahok.

Namun demikian, ketidakhadiran Megawati dan Anies secara langsung dalam momen kampanye terbuka Pramono-Rano sesi terakhir itu nampaknya tidak akan mengurangi bobot insentif ektoral bagi pasangan yang diusung PDIP ini.

Tinggal merawat dan menjaganya dari potensi "kecolongan" di masa tenang ini saja. Gabungan suara Ahoker, Anak Abah dan pemilih fanatik PDIP serta limpahan split-ticket voting dari basis massa PKS, Nasdem dan PKB, kelihatannya tidak bisa dibendung. Kekuatan elektoral mereka akan mengarus deras ke lumbung suara milik Pramono-Rano.

Itu adalah fenomena kualitatif yang menunjukan peluang Pramono-Rano untuk memenangi kontestasi cukup terbuka. Di sisi kuantitatif, peluang Pramono-Rano mengungguli paslon kompetitor terkuatnya, yakni Kamil-Suswono, juga sama besarnya sebagaimana diperlihatkan oleh angka-angka terakhir hasil sigi sejumlah lembaga survei menjelang masa tenang ini.

Berikut adalah perbandingan elektabilitas secara head to head Pramono-Rano vs Kamil-Suswono berdasarkan hasil sigi beberapa lembaga survei yang dilakukan pada Oktober-November sebelum memasuki masa tenang.

Litbang Kompas: Pramono-Rano 38,3 persen vs Kamil-Suswono 34,6 persen. LSI: Pramono-Rano 41,6 persen vs Kamil-Suswono 37,4 persen. SMRC: Pramono-Rano 46 persen vs Kamil-Suswono 39,1 persen. Alvara Research and Center: Pramono-Rano 49 persen vs Kamil-Suswono 44,5 persen. Indikator Politik: Pramono-Rano 42,9% vs Kamil-Suswono 39,2%.

Menjaga Peluang, Mencegah "Kecolongan"

Tentu saja angka-angka itu belum menjadi garansi bahwa Pramono-Rano bakal memenangi Pilgub Jakarta, apalagi dalam satu putaran. Berikut ini alasannya. Pertama, terkait regulasi dimana Pilkada DKI memang beda sendiri dalam pengaturan penetapan pemenang Pilkada.

Di dalam Pasal 11 UU 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang juga ditetapkan kembali dalam Pasal 10 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta dinyatakan, bahwa pasangan calon yang ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur adalah mereka yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) suara.

Sementara hingga menjelang masa tenang, tidak ada satupun lembaga survei yang menunjukan elektabilitas Pramono-Rano tembus ke angka 50% lebih.

Kedua, dari hasil sigi lembaga-lembaga survei tersebut diketahui bahwa warga yang belum menentukan pilihan (undiceded voters) jumlahnya relatif masih cukup besar. Yakni di kisaran angka 20 persenan. Jumlah yang bisa mengubah secara signifikan peta elektabilitas dibandingkan dengan real count-nya nanti.

Ketiga, ini yang sangat penting dicermati dan diwaspadai oleh Tim Pramono-Rano agar tak "kecolongan." Bahwa di masa tenang ini segala kemungkinan masih bisa terjadi.

Pergerakan, upaya dan/atau manuver tim sukses kompetitor melalui berbagai modus (dari yang legal, abu-abu hingga ke yang illegal; dari yang halal, subhat hingga ke yang haram), semuanya bisa saja "menjungkir-balikan" peluang sebagaimana ditunjukan oleh angka-angka hasil survei.

Makna Kemenangan Pramono-Rano

Jika pencermatan kualitatif atas dinamika politik elektoral yang terjadi serta hitung-hitungan kuantitatif lembaga-lembaga survei diatas terkonfirmasi, maka kemenangan Pramono-Rano akan menjadi momen yang menarik sekaligus memiliki beberapa makna penting di tengah perhelatan Pilkada Jakarta yang diwarnai fenomena adu magnit antara kubu yang didukung kekuasaan dan pro status quo berhadapan dengan barisan yang mengandalkan akar rumput yang menginginkan perubahan.

Pertama, kemenangan itu nanti merupakan kemenangan kehendak dan pilihan massa (mayoritas warga Jakarta) atas kepentingan dan ambisi para elit, terutama partai politik. 

Memang Pramono-Rano awalnya juga bukan figur-figur yang dikehendaki oleh warga Jakarta. Figur terkuat yang diinginkan warga Jakarta adalah Anies dan Ahok sebagaimana ditunjukan oleh lembaga-lembaga survei menjelang tahapan kandidasi.

Tetapi publik tahu, Anies dihambat kekuasaan dengan berbagai macam cara hingga akhirnya gagal maju sebagai Cagub Jakarta. Sementara Ahok sendiri "ditahan" untuk maju oleh Megawati karena pertimbangan tidak ingin mengulang atau membangkitkan kembali luka lama Pilkada 2017.

Dalam situasi demikian itulah pasangan Pramono-Rano dimajukan. Mereka lebih merupakan produk siasat politik PDIP agar tetap bisa mengambil bagian dalam Pilkada sekaligus bentuk perlawanan atas hegemoni politik dan ambisi kuasa dari kubu yang baru saja memenangi Pilpres sebelumnya.

Siasat ini dilakukan oleh PDIP menyusul kegagalan membangun kesepakatan dengan Anies Baswedan (kabarnya karena alasan ideologis) setelah juga memutuskan tidak memajukan Ahok karena pertimbangan tadi.

Tetapi konsistensi Anies untuk tetap berada di jalan perubahan serta loyalitas Ahok pada PDIP dan Megawati, lalu keduanya memilih stand with Pramono-Rano, telah mengubah demikian rupa citra paslon ini. 

Dari dua figur accidental menjadi pasangan yang dianggap mewakili kehendak akar rumput di Jakarta. Oleh karena itu jika benar-benar terjadi, maka kemenangan Pramono-Rano dapat dimaknai sebagai kemenangan kehendak massa atas kepentingan dan nafsu para elit.

Kedua, jika kelak terjadi, kemenangan Pramono-Rano juga akan menjadi kemenangan rekonsiliasi warga Jakarta atas residu politik identitas yang terkesan seperti "dirawat" oleh pihak-pihak tertentu untuk menyerang baik Anies maupun PDIP, Megawati dan Ahok.

Kesediaan Anies tampil bersama massa PDIP yang sebagiannya adalah Ahoker yang dulu sangat membencinya dalam "Apel Siaga: Kawal TPS dan Rapat Akbar Warga Kota" di Lapangan Blok S, Jakarta (21 November 2024) merupakan langkah kongkrit mengakhiri residu perseteruan dan mengubahnya menjadi kekuatan yang solid untuk melawan hegemoni dan ambisi mereka yang sedang berada diatas angin kekuasaan.

Pun pernyataan Ahok pada momen kampanye terakhir Pramono-Rano di Stadion Madya GBK, 23 November lalu. Kepada media Ahok mengungkapkan rasa syukur atas bersatunya Ahoker dan Anak Abah dalam satu barisan untuk memenangkan Pramono-Rano: "Ya kita bersyukur kayanya mereka bisa memahami, negara ini lebih penting di atas primordialisme dan RAS serta agama."

Terakhir, jika benar-benar terjadi nanti, kemenangan Pramono-Rano juga dapat dimaknai sebagai kemenangan arus perubahan, setidaknya di Jakarta sebagai epicentrum politik nasional, atas kekuatan-kekuatan pro status quo yang terus berusaha menghambatnya dengan berbagai cara melalui momen Pilkada.

Analisis terkait :

Satu atau Dua Putaran, Inilah Kunci Kemenangan Pramono-Rano

Tom Lembong, Cak Imin dan Peluang Mewujudkan Gagasan Slepet-nya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun