Keempat, untuk kepentingan menghidupkan politik kebangsaan. Dengan memilih PDIP (atau sebaliknya, PDIP yang "memerahkan" Anies), maka "perkawinan" kedua aktor ini dapat menghadirkan suasana Pilgub yang lebih sejuk dari kegaduhan berbasis politisasi identitas seperti pernah terjadi pada Pilgub Jakarta 2017 silam. Karena kedua aktor yang dulu berseberangan dan sama-sama terjebak dalam perseteruan akibat politisasi identitas kini berada dalam satu poros perjuangan politik.
Ringkasnya, bergabungnya Anies kedalam PDIP lalu diusung sebagai Cagub Jakarta oleh PDIP akan menjadi model politik simbiosis mutualisme yang saling menguatkan dan menguntungkan.
Bukan hanya untuk Anies dan PDIP, tetapi juga untuk kepentingan warga Jakarta, bahkan untuk kerangka yang lebih luas lagi. Yakni menghadirkan kekuatan penyeimbang dalam lanskap kepolitikan nasional masa depan. Sehingga kecenderungan bangkitnya kembali otoritarianisme dapat dicegah dari Jakarta, dari momen Pilkada ini.
Artikel-artikel terkait :
Putusan MK Terbaru Membuka Kembali Peluang PDIP dan Anies
Mengapa Pendamping Anies Sebaiknya Kader PDIP?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H