Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Mengapa Pendamping Anies Sebaiknya Kader PDIP?

31 Juli 2024   15:30 Diperbarui: 1 Agustus 2024   12:02 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan setelah menghadiri pelantikan anggota DPRD DKI periode 2019-2024 di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (26/8/2019).(KOMPAS.COM/ANASTASIA AULIA)

Sekali lagi, Jakarta adalah miniaturnya Indonesia. Beragam etnis, budaya, dan agama hidup dan tumbuh di Jakarta. Fakta-fakta kebhinekaan Nusantara menemukan perwujudannya yang paling kongkret di Jakarta. Selain itu, Jakarta juga menjadi barometer kepolitikan nasional sekaligus etalasenya keragaman Indonesia bagi dunia internasional. Jadi, sangat pantas jika kota ini dipimpin oleh duet kepemimpinan politik yang mencerminkan keindonesiaan.

Memajukan kader PDIP sebagai pendamping Anies adalah jawaban konkret atas kebutuhan mewujudkan kepempimpinan politik yang mencerminkan keindonesiaan itu. Dan ini berbeda misalnya jika pendamping Anies adalah kader PKS (siapapun figurnya) yang secara kategorial sesungguhnya sudah terwakili oleh sosok Anies Baswedan sendiri.

Merawat Semangat Perubahan

Alasan terakhir berkenaan dengan semangat perubahan yang menggema di sepanjang perhelatan Pilpres kemarin, yang mestinya tidak disepelekan begitu saja oleh elit-elit partai politik.

Pasca penetapa Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wapres terpilih, semangat perubahan dalam arti pembaruan berbagai hal yang memang harus diubah dan diperbarui mestinya tidak dilupakan begitu saja. 

Saya yakin, pada saatnya nanti, Prabowo juga akan bicara soal pentingnya pembaruan-pembaruan. Ini sesuatu yang natur, alamiah dan niscaya terjadi. A-histori sekaligus a-sosial orang-orang yang anti dengan perubahan atau pembaruan.

Membaca dinamika politik Pilgub yang berlangsung di Jakarta hingga saat ini, peluang untuk merawat sebaik-baiknya semangat perubahan itu menjadi terbuka jika PDIP benar-benar bergabung dengan PKS, PKB, dan Nasdem mengusung Anies.

Di beberapa provinsi besar seperti Sumut, Banten, Jabar, bahkan nampaknya juga Jateng dan Jatim, semangat merawat perubahan melalui Pilkada yang menggema di Pilpres kemarin tidak bisa lagi diharapkan kepada elit-elti partai. Karena proses prakandidasi berlangsung amat random. Partai-partai pengusung perubahan gagal menjaga konsistensinya. Mereka lebih memilih bergabung dengan barisan koalisi yang potensial memenangi kontestasi karena sokongan dari kekuasaan pusat.

Di Jakarta mereka berbeda, setidaknya sampai saat ini. Formasi kerja sama politik pengusung agenda perubahan nampak konsisten, dan kini bahkan bisa lebih solid dengan bergabungnya PDIP. 

Nah, dalam kerangka merawat api semangat perubahan supaya tidak meredup, setidaknya di Jakarta sebagai miniatur Indonesia inilah penting mempertimbangkan untuk memberikan porsi bakal pendamping Anies kepada PDIP.

Modal Elektoral PDIP 

Lantas secara elektoral, kontribusi apa yang bisa diberikan PDIP sebagai katakanlah "modal" untuk pasangan Anies-Kader PDIP ini?

Pertama, PDIP adalah peraih suara terbanyak kedua setelah PKS dalam Pemilu 2024 silam, dengan raihan suara sebanyak 850.174 (sekitar 14%) atau 15 kursi DPRD DKI Jakarta. Raihan suara atau kursi ini menunjukkan PDIP masih cukup solid di Jakarta meski mengalami penurunan yang juga dialami oleh Gerindra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun