Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Memoar Perjalanan Mentransformasikan Mimpi Menjadi Rumah Para Santri (2)

27 Juli 2024   05:00 Diperbarui: 27 Juli 2024   07:16 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Demikianlah, mimpi para penggagas dan perintis Pesantren Nurul Madany Cipanas boleh jadi juga bermuasal dari kondisi psikologis tertentu. Dimana pada waktu itu (1997), Pesantren Nurul Hidayah Cabang Cipanas, pesantren yang dirintis dan dibangun oleh guru mereka, almarhum almagfurlah KH. Ukon Bulqoini tahun 1987 berada dalam kondisi yang benar-benar sangat memprihatinkan.

Ibarat sejarah perjalanan, ia sedang memasuki senjakala, petang yang akan segera dibalut gelap malam. Jika tidak segera "diselamatkan", pesantren ini tampaknya akan segera sirna ilang kertaning bumi. Pada saat yang sama, pihak keluarga yang pernah mewakafkan tanah untuk pesantren itu sempat berniat mengambil kembali, karena dianggap tidak optimal pemanfaatannya.

Dalam situasi itulah, para alumni Nurul Hidayah Sadeng yang menjadi penggagas dan perintis Nurul Madany kemudian, bangkit emosi dan spiritnya untuk, sebutlah "menyelamatkan" warisan besar guru mereka. Mulailah mereka mengonsolidasikan seluruh potensi yang mereka miliki bersama, dengan mendirikan Yayasan Podiumm sebagai payung lembaga dan manajemen pesantren yang akan direvitalisasi keberadaannya itu, yang dua tahun kemudian menjadi Pesantren Nurul Madany (1999).

Dan faktanya, sebagian dari mereka memang kemudian benar-benar pernah bermimpi. Mimpi dalam arti "harfiah", awam, dan keseharian. Mereka bermimpi, suatu saat warisan mutiara guru mereka itu bangkit, maju dan melesat bak meteor di orbit sejarah dunia pendidikan anak-anak bangsa. Suasana psikologis berupa keprihatinan atas pesantren warisan guru mereka yang hampir bangkrut, dan semangat hebat untuk merevitalisasinya, telah melahirkan mimpi-mimpi jenis ketiga yang sangat manusiawi, natur belaka.

Bahwa dibelakang hari mimpi-mimpi itu akhirnya menjadi nyata, ini karena kemudian mereka membaca, memahami, dan memaknainya sebagai sebuah ru'ya shalihah, mimpi baik yang, pastilah berasal dari Allah. Sebab sungguh sangat mustahil, mimpi melihat pesantren besar sebagai pusat dakwah, syiar dan pendidikan umat diberikan oleh syetan. Mimpi-mimpi ini pastilah berasal dan merupakan karunia dari Allah SWT.

Dengan keyakinan dan cara membaca, memahami dan memaknai seperti itulah, mimpi-mimpi para penggagas dan perintis Nurul Madany seperempat abad silam itu mengalami proses transformasi menjadi rumah para santri. Maka jika sekarang, setelah melewati perjalanan waktu seperempat abad, sebagian mimpi-mimpi itu mengejewantah, dia pastilah merupakan buah dari hakikat mimpi yang terbimbing, terbimbing oleh hidayah dan kedahsyatan kuasa Allah.

Keyakinan dan cara berpikir transformatif itu relevan dan berbanding lurus pula dengan makna filosofis yang sering dinisbahkan para bijak terhadap fenomena mimpi sebagai sebuah spirit dan cita-cita, himmah yang tinggi menggantung di atas 'arsy. Mimpi-mimpi Illahiyah karena secara materil ia nyata sekali mengandung penciptaan-penciptaan imajinatif yang sejalan dengan perintah dan kehendak Allah itu akhirnya juga melahirkan kekuatan dan semangat besar untuk mengejewantahkannya secara konkret dan historis.

Maka lengkaplah sudah. Pesantren Nurul Madany memang digagas, dirintis, dibangun dan diejawantahkan dari ruang imajinatif manusia (karenanya pada titik ini ia mulanya tak lebih dari sebuah mimpi belaka), namun yang ruang masa depan sejarahnya telah Allah ciptakan.

Ruang masa depan sejarah itu berhasil diwujudkan melalui cara pembacaan, pemahaman, dan pemaknaan terhadap mimpi-mimpi para penggagas dan perintisnya yang diyakini sebagai ru'ya shalihah, sekaligus menjadikannya sebagai tonggak semangat dan himmah besar yang dibimbing dan diberikan kekuatan oleh Allah SWT.

"Mimpi yang Terbimbing". Demikian keluarga besar Yayasan Podiumm dan Pesantren Nurul Madany menyebut dan meyakini hakikat yang mengantarai sekaligus menyertai perjalanan sejarah keberhasilan mewujudkan sebagian dari cita-cita dan semangat guru mereka, almarhum almaghfurlah Mama Kyai Haji Ukon Bulqoini membangun pusat dakwah, syiar, pengaderan dan pendidikan umat di Cipanas Lebak Banten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun