Kemudian di dalam surat Al-Israa ayat 53, Allah berfirman: "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku. Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang paling baik (benar). Sesungguhnya, setan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia."
Dan didalam suart Al Ahzab ayat 70, Allah menyeru: "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar."
Ketiga ayat tersebut secara eksplisit merupakan perintah agar orang-orang yang beriman selalu berkata benar dan baik, terutama di ruang publik. Perkataan yang benar adalah perkataan yang sesuai fakta, bukan hoax, fakenews atau fitnah.
Itulah sebabnya dalam konteks ini para Ulama memperkenalkan kaidah atau mekanisme tabayyun (klarifikasi) terhadap suatu informasi yang diragukan kebenaran, kesahihan dan akurasinya.
Sedangkan perkataan yang baik adalah narasi-narasi yang menyejukan. Bisa berupa ajakan berderma (sedekah), mengislahkan (mendamaikan) para pihak yang sedang berkonflik atau berselisih. Atau amar ma'ruf nahyi munkar (mengajak pada kebaikan dan mencegah kemunkaran atau kemaksiatan).
Sebagaimana perintah-Nya di dalam surat Ali Imron ayat 104: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Kaidah Sunnah
Dalam sebuah hadits sahih yang diriwayatkan Imam Bukhori, Rosulullah SAW pernah mengingatkan tentang implikasi bagi seseorang yang berkata sembarang alias asbun (asal bunyi): "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa diteliti yang karenanya ia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ketimur."
Menurut Ibnu Hajar Hadits tersebut merupakan peringatan agar menghindari tutur kata yang buruk, yang tidak penting untuk didengarkan atau bahkan dapat menyakiti perasaan seseorang.
Di dalam hadits lain Rosulullah juga pernah menyatakan: "...dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam" (HR. Imam Bukhori).
Kedua hadits tersebut mengandung dua pesan penting. Pertama bahwa setiap perkataan yang diucapkan, tentu saja termasuk narasi konten atau status dan komentar di berbagai platform medsos hendaknya dipertimbangkan dengan matang. Jangan asal ucap, asal komen dan share.