Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadhan Talks (8): Keseimbangan Hidup dalam Perspektif Al Quran dan Sunnah

23 Maret 2024   23:25 Diperbarui: 23 Maret 2024   23:35 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.informatics.uii.ac.id

Dalam konteks tersebut, seorang muslim dituntut untuk menghindarkan diri dari sifat kikir (satu ekstrim) dan juga dari sikap yang terlampau berlebihan atau royal (ekstrim yang lain). Bahkan dalam urusan berderma atau bersodaqoh sekalipun. Keduanya harus dilakukan dengan wajar dan proporsional. Sebagaimana Firman Allah dalam Al Quran Surat Al Furqon ayat 67, "

"Dan (termasuk hamba-hamba Rabb Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar." 

Ibadah dan Kerja 

Demikian halnya dalam ruang lingkup yang lebih luas, yakni berkenaan dengan ibadah dan bekerja atau melakukan berbagai aktifitas dalam rangka memenuhi kebutuhan baik pribadi maupun sosial. Sebagaimana perintah Allah didalam Al Quran Surat Al Qashas ayat 77:

"Carilah bekal dan amal untuk negeri akhirat dan jangan lupa nasibmu di negeri dunia. Berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah telah berbuat baik untukmu. Jangan membuat kerusakan di dunia karena Allah tidak menyukai orang-orang membuat onar" 

Demikian halnya dengan ibadah dalam pengertian mahdhoh (ibadah-ibadah khusus seperti Sholat, Baca Al Quran dan Puasa). Keseimbangan wajib dijaga. Ibadah sebagai bentuk penghambaan dan ketaatan kepada Allah adalah perintah syar'i. Tetapi memperhatikan kebutuhan fisik dan mental juga merupakan kewajiban individual yang harus ditunaikan.

Didalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa Islam dengan tegas melarang hambanya berlebihan dalam ibadah. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam satu riwayat bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menegur sahabat Abdullah bin Amru yang berlebihan dalam beribadah. Abdullah bin Amru selalu shalat sepanjang malam, puasa sepanjang tahun dan menghatamkan Al-Qur'an sepanjang malam.

Rosulullah kemudian menegur sahabatnya itu dengan mengatakn, "Jangan berlaku demikian, bangun dan tidurlah, puasa dan berbukalah, sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu, tamumu memiliki hak atasmu, dan istrimu memiliki hak atasmu." (HR. Imam Bukhari)

Hadits itu mengandung pesan agar seorang muslim senantiasa menjaga keseimbangan hidup keseharian antara lain dengan memperlakukan tubuhnya sendiri secara bijak. Bahkan juga hak isteri dan tamu yang wajib dipenuhi. Jangan karena alasan ibadah kemudian berbagai hak (tubuh untuk sehat, istri untuk dilayani kebutuhan-kebutuhan jasmani dan sosialnya, bahkan juga hak tamu untuk dilayani dan dihormati) terabaikan. Ini sama sekali bukan sunnah yang diajarkan Rosulullah.

Dan akhirnya, penting untuk difahami dan selalu disadari, bahwa dalam perspektif syar'i, bahkan semua aktifitas seorang muslim termasuk bekerja atau amalan-amalan sosial akan bernilai ibadah sepanjang diniyatkan karena Allah dan dilakukan dalam batasan-batasan syar'i, dalam arti tidak bercampur dengan maksiat dan kebathilan.

Wallahu 'alam bishowab. Semoga manfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun