Dari satu sisi cukup jelas, Ramadhan memang benar-benar menghadirkan keberkahan, jiyadatul khoir (kebaikan yang melimpah, meluas dan berkesinambungan) bagi semua.
Keberkahan itu tak hanya berkenaan dengan aspek esoteris (bathiniyah) umat Islam yang menjalankan ibadah puasa, dimana dengan puasa seorang muslim memperoleh limpahan kenikmatan dan kepuasan bathin. Melainkan juga terkoneksi dengan aktifitas-aktifitas sosial masyarakat. Sebagaimana halnya dengan Islam sendiri sebagai sebuah ad-din (agama), ia merupakan rahmatan lil 'alamin, kasih sayang bagi semesta alam.
Begitulah saya melihat dalam skala makro bagaimana sektor ril ekonomi hidup dan amat bergairah di bulan Ramadhan. Dan ini melibatkan bukan hanya umat Islam atau orang-orang yang berpuasa, tetapi juga saudara-saudara non-Muslim. Dalam konteks yang lebih spesifik, keberkahan ini antara lain nampak pada aktifitas promo penjualan barang dan jasa yang secara siklis selalu hadir meriah di setiap momen Ramadhan.
Aktifitas promo Ramadhan yang digelar oleh berbagai perusahaan  penyedia barang dan jasa menawarkan kesempatan pada konsumen untuk memperoleh barang dan jasa dengan harga yang lebih murah. Dan pada saat yang sama tentu saja perusahaan-perusahaan dan matarantai pelaku aktifitas penjualannya juga mendapatkan untung, disamping citra positif perusahaan di mata konsumen. Berkah Ramadhan.
Pesan Syar'i : Kendalikan Syahwat Belanja
Dari sudut pandang demikian, umat Islam tentu patut mensyukuri kehadiran berbagai aktifitas promo itu. Apalagi jika, dan ini biasanya ditawarkan sebagai bagian dari program promo, ruanglingkup kegiatannya juga disertai dengan paket acara khas Ramadhan seperti kajian keslaman atau kultum dan donasi untuk lembaga-lembaga sosial, panti dan lain-lain.
Namun demikian, bersama dengan kesyukuran itu umat Islam hendaknya juga tetap memperhatikan berbagai aspek dalam memanfaatkan tawaran-tawaran promo Ramadhan ini. Salah satu yang paling prinsip adalah soal kendali diri atas syahwat belanja yang bisa saja menjadi "kalap" karena tergiur aneka macam promo.
Syahwat belanja yang tidak terkendali, yang kemudian mengabaikan keseimbangan antara anggaran yang tersedia dengan porporsi kebutuhan jelas bisa memicu masalah finansial rumah tangga. Sehingga alih-alih memberikan berkah dan kemanfaatan, promo-promo itu justru bisa memicu bencana keuangan. Â Â
Oleh karena itu, pesan-pesan syar'i sebagaimana tertuang dalam Al Quran untuk tidak berperilaku boros, berlebihan (ishraf) dan hawa nafsu penting untuk selalu dipedomani.
 "...janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra : 26-27).