Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Humor dan Satir Politik

25 Februari 2024   18:32 Diperbarui: 26 Februari 2024   16:00 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penodong, penjambret, pencopet cerdas? Mengapa tidak? Bukankah para koruptor itu juga pada hakekatnya adalah maling dan bandit, yang menodong, menjambret dan mencopet kekayaan negara? Dan mereka semua bukan orang-orang bodoh. Ratusan (kumulatif) mantan anggota DPR dan DPRD, Menteri dan setingkat Menteri, Gubernur, Bupati dan Walikota yang dicokok KPK atau Kejaksaan, semuanya adalah orang-orang cerdas.

Kutipan dialog dan ulasannya di atas itu menunjukan bahwa humor (juga komedi) bukan hanya tentang sesuatu yang lucu, keadaan yang menggelikan, atau kejenakaan sebagaimana dimaknai dalam kamus kita. Humor juga memiliki fungsi-fungsi sosial lainnya. Perspektif para ahli telah banyak yang memberinya landasan dan penjelasan ilmiah seputar dimensi lain dari humor ini.

Perspektif Pembebasan 

Dari berbagai perspektif tentang humor, ada salah satu penjelasan teoritik yang menarik, yang kemudian dikenal dengan, sebut saja "teori pembebasan" atau "teori pelepasan". Teori ini antara lain dipromosikan oleh Juan Manser.

Dalam bukunya Dictionary of Humor (1989), Manser menjelaskan bahwa humor dapat muncul antara lain dari sesuatu kebohongan dan tipu muslihat sekaligus dapat menjadi simbol pembebasan dari ketegangan dan tekanan.

Tidak jauh berbeda dengan Manser, Arwah Setiawan (Majalah Astaga, 1990) dengan merujuk pada perspektif Arthur Koestle menjelaskan, bahwa inti humor adalah pelepasan atas kekangan-kekangan yang terdapat pada diri seseorang. Bisa karena dipicu oleh persoalan private, bisa juga karena faktor-faktor sosial.

Senada dengan Manser dan Kostle, Fuad Hasan (Humor dan Kepribadian, 1981) juga mengemukakan bahwa humor adalah tindakan untuk melampiaskan perasaan tertekan melalui cara yang ringan dan dapat dimengerti, dengan akibat kendornya ketegangan jiwa.

Dalam konteks sosial-politik (non-private) teori pembebasan ini lazim digunakan untuk menjelaskan bagaimana individu-individu warga negara yang menganggap kebijakan-kebijakan pemerintah yang berwatak represif atau perilaku para pemimpinnya yang otoriter memproduksi humor dalam beragam bentuk ekspresi dan disalurkan melalui berbagai platform media. Ia bisa bercorak satir (sindiran) atau narasi kritis secara langsung. Tetapi keduanya dikemas secara jenaka, lucu dan memicu senyum atau gelaktawa.

Sebagaimana dikemukakn Ofer Fildman (Talking Politic in Japan Today, 2005), Humor politik merupakan salah satu aspek yang penting dalam Bahasa politik. Humor politik bisa berupa lelucon, komedi, satire, atau karikatur yang berisi tentang suatu rezim pemerintahan, sistem dan institusi politik, para politisi atau para pembuat kebijakan. Humor politik kadang-kadang dapat membantu para individu untuk mencurahkan kekecewaan terhadap institusi politik atau para politisi.

Bentuk-bentuk satir politik dan kritik jenaka atas fenomena kekuasaan itu pernah dihimpun oleh Dolgopolova dalam buku populer di zamannya, Mati Ketawa Cara Rusia (1986). Buku ini dianggap sebagai bentuk pembebasan atau pelepasan diri orang-orang Rusia (masih Uni Soviet waktu itu) dari tekanan rezim Komunis yang sangat represif dan berwatak nyaris totaliter, yang dilakukan dengan cara mengundang tawa, atau setidaknya senyum sendiri. Berikut ini contohnya.

* Apa yang terjadi jika Stalin hidup lagi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun