Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kegagalan SBY Menjaga Kesetiaan pada Idealisme dan Pikirannya

24 Februari 2024   14:55 Diperbarui: 24 Februari 2024   20:09 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dalam konteks kasus itu, SBY bukan saja mengingatkan Jokowi perihal potensi bahaya jika cara serupa ini dipaksakan, termasuk dengan menggunakan instrumen hukum untuk menjerat Anies. Tetapi juga menohok Moeldoko. Di halaman 6 bukunya, SBY memperingatkan, "...tidak ada jalan bagi Moeldoko untuk dibenarkan dan dimenangkan dalam pengadilan yang benar dan adil."

Silahkan Endors, Tapi Jangan Gunakan Perangkat Negara

Soal Jokowi dikabarkan akan mengendors sejumlah tokoh untuk maju sebagai Capres-Cawapres, SBY mempersilahkan karena itu adalah hak pribadi yang tidak bisa dihalang-halangi. 

Tetapi dengan satu catatan bahwa Jokowi tidak boleh menggunakan sumber daya negara untuk menyuskeskan jagoannya. Misalnya BIN, Polri, TNI, Penegak Hukum, BUMN dan aparat lainnya yang akan membuat Pilpres tidak lagi jujur dan adil.

Pada halaman 20 bukunya, SBY dengan lugas mengingatkan: 

"Siapapun di negeri ini, tentu termasuk Presiden, jika melakukan perbuatan sehingga sebuah pemilihan umum, termasuk Pilpres, benar-benar tidak bebas, tidak jujur dan tidak adil (istilah lain yang sering kita dengar Pilpres tidak lagi "free and fair") ini sudah berkategori melanggar konstitusi. Ingat, amanah UUD 1945, "Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil ..."

Isu terakhir bahwa Jokowilah yang akan menentukan dan memberikan kata akhir siapa pasangan capres-cawapres yang mesti diusung oleh partai-partai politik, SBY menganggap ini soal "mau sama mau."

Jika partai-partai sendiri tidak berkeberatan maka urusan selesai, sepanjang hal ini ditempuh dengan tidak melanggar perundang-undangan. Hanya saja SBY kembali membandingkan, bahwa cara yang dilakukannya ketika menjadi Presiden berbeda dengan cara yang dilakukan Jokowi.

Gagal Menjaga Kesetiaan

Dari semua uraian diatas kiranya cukup jelas bahwa saat menulis buku SBY dalam posisi gundah secara politik. Ia gundah, baik sebagai salah tokoh bangsa maupun sebagai elit partai yang sedang menyiapkan partai dan koalisinya maju ke arena kontestasi elektoral. Ia gundah dengan berbagai informasi seputar cawe-cawe Jokowi yang demikian luas cakupannya, dan terutama sekali bisa menyasar dan merugikan kepentingan partai dan koalisi yang sedang dibangunnya.

Jadi, buku ini adalah resonansi kegundahan SBY. Pesan yang ditujukan kepada Jokowi sebagai early warning sekaligus pesan kepada publik bahwa kontestasi elektoral potensial sedang mengarah pada situasi yang tidak jujur dan adil. Dan ini dengan lugas dinyatakannya dalam bagian penutup buku poin kedua berikut ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun