Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Penting, Mendesak Jokowi Jadi Negarawan Lebih Penting

3 Februari 2024   13:30 Diperbarui: 3 Februari 2024   19:50 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya saja, dalam konteks situasional kompetisi Pemilu yang cenderung makin unfair, debat yang penting itu bisa menjadi tidak berguna. Dalam arti tidak akan memberikan efek insentif atau disinsentif bagi para kandidat.

Situasi itu bisa terjadi karena preferensi pemilih sudah terdistorsi. Preferensi pemilih sudah "dikerangkeng" oleh instrumen-instrumen tak sehat seperti Bansos yang diklaim sebagai bantuan pribadi, tebaran cinderamata kampanye dalam berbagai bentuk, ketidaknetralan Presiden dan para pejabat negara, atau mobilisasi aparat pemerintah secara terstruktur, sistemik dan masif untuk kepentingan paslon tertentu.

Itulah yang disuarakan secara moral oleh para begawan intelektual non-partisan. Para cendekiawan kampus yang "berumah di atas angin" (meminjam istilah almarhum WS Rendra) yang kini saling bersahutan di berbagai kota. Mereka meminta dan mendesak agar Presiden Jokowi dan para pejabat segera menghentikan cara-cara unfair dan tak sehat itu, dan kembali menjadi negarawan, yang mengayomi semua golongan dan kelompok, serta berdiri tegak di titik tengah "paling ekstrim" perhelatan elektoral.

Jadi, debat memang tetap penting. Tapi dalam situasi sekarang, di sisa waktu kampanye dan masa tenang, mendesak Jokowi menjadi negarawan sekaligus menghentikan manuver-manuver keberpihakan para menteri dan aparatnya di bawah jauh lebih penting.  Semuanya penting dilakukan, sat-set, agar debat berguna, Pemilu berlangsung fair, jurdil serta berintegritas, dan hasilnya diterima oleh rakyat.      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun