Bagaimana Cara Mewudukan, Bukan Sekedar Mendeklarasikan
Terkait ketiga isu paling diminati publik itu, dari dokumen visi-misi para kandidat seperti yang sudah sering dikemukakan di berbagai kesempatan kampanye mereka, saya mencatat antara lain pernyataan-pernyataan misi berikut ini.
Anies-Gus Imin. Dalam aspek ketenagakerjaan, salah satu misinya adalah mengentaskan rakyat dari kemiskinan dengan memperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan kerja. Sementara dalam sektor pendidikan mereka antara lain mengusung program andalan menyediakan pendidikan berkualitas, dengan biaya terjangkau dan tuntas, serta membangun anak Indonesia sehat, cerdas, berprestasi, dan bahagia.
Prabowo-Gibran. Dalam bidang ketenagakerjaan, Paslon yang didukung koalisi tambun ini menjanjikan target penciptaan 19 juta lapangan pekerjaan. Sementara di sektor pendidikan mereka berkomitmen untuk membangun SDM unggul yang didukung oleh kecukupan gizi yang baik.
Ganjar-Mahfud. Dalam sektor ketenagakerjaan, mereka menjanjikan lapangan kerja baru sebanyak 17 juta selama periode 2024-2029. Sementara dalam bidang pendidikan Paslon ini menawarkan program andalan dan menarik, yakni satu keluarga satu sarjana.
Semua pernyataan misi dan program para kandidat itu tentu saja baik, bisa dibayangkan oleh publik dan mestinya mampu mambangunkan harapan masa depan. Hanya saja, dalam forum debat, pernyataan-pernyataan misi dan program itu saja tentu tidak cukup.
Agar harapan publik layak terbangun dan masa depan gemilang pantas diimpikan, para kandidat perlu menjelaskan bagaimana cara mewujudkan komitmen dan janji-janji programatik itu akan dilakukan. Seberapa mendesak ketiga isu diprioritaskan, sekaligus tanpa harus mengabaikan kebutuhan-kebutuhan publik lainnya. Seberapa realistis pula misi dan program mereka terkait isu-isu ini.
Sekedar mengulas sedikit contoh. Prabowo-Gibran menjanjikan 19 juta lapangan kerja, sementara Ganjar-Mahfud hanya berkomitmen di angka 17 juta. Penting bagi publik untuk tahu dan faham bagaimana angka 19 juta dan 17 juta itu muncul, berbeda target kuantitasnya padahal kedua Paslon tentu berangkat dari studi pemetaan terhadap kondisi lapangan pekerjaan terkini yang relatif sama. Â Â
Atau terkait biaya pendidikan terjangkau dan berkualitas dari Anies-Gus Imin. Bagaimana caranya janji ini akan diwujudkan. Skema apa yang disiapkan untuk mewujudkan sekolah dan kuliah murah tapi berkualitas. Karena kita, tahu rezim berganti pendidikan tetap mahal, sementara semuanya juga menjanjikan hal yang sama setiap kali kampanye Pemilu digelar.
Debat Penting tapi Bisa Tak Berguna
Sekali lagi, debat tetap penting. Penting sebagai bagian dari kampanye agar publik tahu apa yang mereka tawarkan dan tidak jatuh pada kebiasaan lama "membeli kucing dalam karung". Penting sebagai sarana pendidikan dan pencerahan politik. Penting sebagai instrumen untuk merawat kebaikan-kebaikan diskursus pemikiran dalam tradisi demokrasi, sekaligus penting sebagai wujud partisipasi dan kebebasan berekspresi sebagaimana dijamin konstitusi.