Presiden Joko Widodo semestinya selalu mengingat janjinya sebagai alumni Universitas Gadjah Mada. 'Bagi kami almamater kuberjanji setia. Kupenuhi dharma bhakti tuk Ibu Pertiwi. Di dalam persatuanmu jiwa seluruh bangsaku. Kujunjung kebudayaanmu kejayaan Nusantara.Â
Alih-alih mengamalkan dharma bhakti almamaternya dengan menjunjung tinggi Pancasila dan berjuang mewujudkan nilai-nilai di dalamnya. Tindakan Presiden Jokowi justru menunjukkan bentuk-bentuk penyimpangan pada prinsip-prinsip dan moral demokrasi, kerakyatan, dan keadilan sosial yang merupakan esensi dari nilai-nilai Pancasila.Â
Karena itu, melalui petisi ini kami segenap civitas akademika UGM, meminta, mendesak dan menuntut segenap aparat penegak hukum dan semua pejabat negara dan aktor politik yang berada di belakang Presiden termasuk Presiden sendiri untuk segera kembali pada koridor demokrasi serta mengedepankan nilai-nilai kerakyatan dan keadilan sosial.Â
Kami juga mendesak DPR dan MPR mengambil sikap dan langkah konkret menyikapi berbagai gejolak politik yang terjadi pada pesta demokrasi elektoral yang merupakan manifestasi demokrasi Pancasila untuk memastikan tegaknya kedaulatan rakyat berlangsung dengan baik, lebih berkualitas, dan bermartabat." (www.tirto.id. 31 Januari 2024)Â
Â
Pada akhir pembecaan petisi, dosen Sastra Indonesia UGM, Heru Marwata kemudian membacakan puisi berjudul "Pringatan". Puisi ini karya Wiji Thukul, aktifis sekaligus penyair yang dengan puisi-puisinya melakukan perlawanan terhadap rezim orde baru kala itu.
Wiji Thuku hilang misterius sejak tahun 1998, dan diduga termasuk salah seorang korban penghilangan paksa oleh rezim orde baru (www.kompas.com, 6 Januari 2023). Ini dia puisinya:
PeringatanÂ
Jika rakyat pergi /Â Ketika penguasa pidato /Â Kita harus hati-hati /Â Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat sembunyi dan berbisik-bisik /Â Ketika membicarakan masalahnya sendiri /Â Penguasa harus waspada dan belajar mendengar