Beberapa hari ini ruang digital diramaikan oleh kehadiran fenomena Gerakan atau Kampanye "Salam 4 Jari". Gerakan ini diinisiasi oleh John Muhammad, salah seorang anggota Presidium Nasional Partai Hijau Indonesia (PHI). Dikutip dari laman resmi PHI www.hijau.org, partai politik ini dideklarasikan di Bandung tahun 2012 silam.
Melalui media sosial X dan Instagram, John Muhammad mengunggah gerakan Salam 4 Jari dengan narasi:
"FOUR FINGERS, Ekspresi Pilihan Bukan Prabowo-Gibran" #SatuTigaTambahKita#HadangPemiluCurang#SelamatkanDemokrasi.
Kampanye ini menarik di tengah perhelatan elektoral yang ditingkahi keriuhan berbagai isu panas, terutama terkait manuver-manuver kekuasaan yang berusaha keras membantu Prabowo-Gibran memenangi Pilpres dengan satu putaran serta dugaan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Presiden Jokowi dan Tim Pemenangan Paslon 2.
Lalu, apa dan bagaimana kampanye Salam 4 Jari ini hadir di ruang publik? Dari akun Instagram @johnmuhammad dan beberapa sumber, termasuk laman www.hijau.org  berikut informasi yang lebih utuh.
Â
Makna Simbol 4 Jari
Dalam unggahannya, John menjelaskan makna di balik 4 Jari sebagai berikut.
Pertama, simbol menghendaki koalisi paslon Nomor 1 dan 3 melalui tangan kita sendiri (tangan rakyat, bukan elit). Kedua, simbol membela Sila ke-4 Pancasila: "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan" yang berarti dari, oleh dan untuk rakyat (demokrasi) melalui musyawarah mufakat.
Ketiga, isyarat internasional untuk tanda bahaya dan/atau meminta pertolongan. Keempat, simbol azas kekuatan politik baru (ke-4) yang lebih progresif melawan oligarki dan politik dinasti.
Â
4 Alasan KampanyeÂ
Terkait latar belakang, John menjelaskan 4 alasan yang melatarbelakangi prakarsanya meluncurkan Gerakan Salam 4 Jari.
Pertama Kita yakin bahwa paslon Nomor 2 (Prabowo-Gibran) tak layak dipilih dan harus dihindari. Kedua Kita sadar bahwa untuk mengalahkan paslon Nomor 2 diperlukan solidaritas rakyat yang lebih besar dari sekadar gabungan paslon Nomor 1 (Anies-Muhaimin) dan Nomor 3 (Ganjar-Mahfud).
Ketiga Kita sadar semakin besarnya potensi untuk memaksakan kemenangan satu putaran bagi paslon Nomor 2. Keempat Kita sadar banyaknya invisible hands yang tak menghendaki terbentuknya koalisi paslon Nomor 1 dan Nomor 3 pada putaran kedua.
Aksi-aksi Kampanye
Sama jumlah pointernya dengan makna dan alasan kampanye, Â gerakan Salam 4 Jari ini juga terdiri dari 4 poin ajakan kepada publik sebagai berikut :
Pertama, Please jangan Golput! Karena dengan tidak memilih sama saja membiarkan paslon Nomor 2 menang. Suaramu sangat berarti. Kedua, Pilih paslon Nomor 1 atau Nomor 3! Dan aspirasikan tuntutan-tuntutanmu pada mereka. Don't give them a blank check!
Ketiga, Jelaskan serta sebarluaskan keprihatinan kita pada pelanggaran etika, potensi kecurangan pemilu, dan kerugian jika memilih paslon Nomor 2, terutama pada orang muda dan pemilih pemula. Keempat, Tampilkan simbol empat jari kita dalam berbagai momen dan media.
Isyarat Kegelisahan Publik
Dari pointer-pointer narasi unggahan John diatas, secara umum kampanye Salam 4 Jari merefleksikan kegelisahan publik. Kegelisahan ini dipicu dan terus dihidupkan oleh fakta-fakta bahwa perhelatan Pemilu 2024 sejak awal diwarnai dengan berbagai bentuk anomali.
Diawali dengan pelanggaran berat etik di Mahkamah Konstitusi serta ditingkahi oleh "cawe-cawe" Jokowi dan rangkaian inkonsistensi sikapnya sebagai Presiden. Masalah kian mengarus dengan merebaknya indikasi ketidaknetralan pejabat dan aparat pemerintah, politisasi Bansos, dan indikasi kuat ingin memaksakan Pilpres satu putaran untuk kemenangan  Prabowo-Gibran.
Pointer pertama dan kedua dari alasan kampanye Salam 4 Jari diatas merupakan implikasi sikap dari fakta-fakta tersebut. Dan dari percakapan di berbagai platform media, saya melihat apa yang diartikulasikan John Muhammad nampaknya mewakili kegelisahan banyak orang.
Aksi yang Sah dan Demokratis
Dalam tradisi demokrasi aksi-aksi serupa ini tentu hal biasa dan harus dihormati. Ini adalah bentuk partisipasi aktif warga sekaligus hak untuk mengekspresikan pikiran dan pandangan yang dijamin oleh konstitusi.
Terlebih hal itu dilakukan dengan tetap dalam koridor mendukung Pemilu berlangsung sukses seperti terbaca jelas dalam pointer pertama ajakan aksi: "Please jangan Golput!".
Atau yang bernuansa edukasi dan pencerahan politik seperti diartikulasikan dalam frasa "Don't give them a blank check!", jangan berikan cek kosong kepada Paslon Nomor 1 atau Nomor 3 yang dipromosikannya untuk dipilih.
Soal harapan dan semangat "mempersatukan Paslon 1 dan 3 ditambah kita" seperti diungkapkan dalam tagar kampanye ini biarkan saja ia bergulir dan mengarus ke ruang publik. Dan biarkan masyarakat merespon dan menyikapinya dengan tenang dan jernih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H