Istilah Streisand Effect diambil dari nama Barbra Streisand, penyanyi top asal Amerika Serikat yang pada tahun 2003 ia berusaha melarang publikasi foto rumahnya di Malibu, California. Namun tindakan ini kemudian malah membuat masyarakat semakin penasaran.
Gelombang Perubahan
Gelombang semangat perubahan yang diusung Anies-Cak Imin yang kian menderas di berbagai daerah nampaknya telah memicu arus balik kecemasan pada sebagian masyarakat yang pro status quo. Mereka seperti dihantui kecemasan tak terperikan. Cemas gelombang ini akan semakin membesar, tak terbendung dan akhirnya memenangi puncak kontestasi 14 Februari nanti.
Fenomena ini sebetulnya biasa dalam arena kontestasi elektoral, lumrah di negara-negara demokrasi. Pro dan kontra atas sebuah gagasan, suka dan tidak suka terhadap tokoh pengusungnya.
Tapi demokrasi menghendaki keadaban, para pihak mestinya taat hukum dan saling menolerir satu sama lain selama masing-masing berada pada track yang legal dan etis. Videotron itu legal, ditayangkan melalui mekanisme kontrak resmi dengan pihak penyedia. Keren pula. Tidak semerawut seperti baliho, spanduk, banner yang berserakan di tepian dan persimpangan-persimpangan jalan menjadi sampah visual, dan belum tentu semua itu berizin atau legal sesuai peraturan perundangan.
Perubahan. Setelah memasuki fase kampanye, tagline yang diusung Anies-Cak Imin ini nampaknya bukan hanya meluas, tetapi juga menghunjam tajam ke dalam pikiran publik. Sempat didistorsi maknanya oleh para kompetitor Anies sebagai “memulai segalanya dari awal”, sekarang publik faham makna yang utuh dan benar tentang terma perubahan ini.
Anies-Cak Imin menawarkan perubahan untuk setiap kebijakan dan program, serta cara pencapaiannya yang tidak memihak pada kepentingan rakyat, yang menyimpang dari jalan sahih berbangsa dan bernegara. Itupun, semua akan dilakukan dengan tetap taat hukum dan taat azas. Konstitusi tetaplah menjadi alas utama, hukum dan peraturan perundangan menjadi dasar pijakan operasional, serta kedaulatan rakyat dijunjung inggi sebagai mahkota.
Arus Balik Kecemasan
Masalahnya memang, dan ini biasa terjadi di manapun. Dalam praksisnya nanti narasi perubahan pastilah akan berdampak tidak mengenakan bagi kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini diuntungkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepentingan rakyat, tidak bertumpu pada azas keadilan dan kesetaraan.
Mereka adalah para oligark yang mendapatkan berbagai privilege bisnis, para pelaku usaha yang sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan cara-cara kolutif dan nepotistik dalam berbisnis, elit-elit politik (di partai, di parlemen, atau simpul-simpul relawan pengantri balas jasa di BUMN-BUMN dll) yang terbiasa dan merasa nyaman dengan praktik-praktik kolutif dan koruptif, serta para pejabat dengan tabiat-tabiat buruk yang sama.
Bagi mereka, perubahan adalah “hantu” yang layak dicemaskan dan harus dilawan, dihentikan lajunya, karena bisa melemparkan mereka dari comfort zone yang selama ini dinikmati. Jadi yang dicemaskan sesungguhnya bukan Anies. Melainkan gagasan dan spirit yang digelorakannya.