Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menjadi Pemilih Bijak dan Rasional di Tengah Konflik antar Kubu Pasangan Capres

13 November 2023   11:10 Diperbarui: 14 November 2023   07:31 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kontestasi (pertunjukan) pasti ada kompetisi dan dalam kompetisi (persaingan) inilah konflik (pertentangan) menemukan ruang ekspresi dan ruang artikulasinya.

Tetapi kita tahu, konflik dalam pemilu bukanlah konflik barbar, konflik yang membiarkan setiap orang sesuka hati melakukan apapun yang diinginkannya. Atau konflik yang dalam status naturalis menurut Thomas Hobbes menjadikan manusia sebagai homo homini lopus (predator kejam bagi sesama manusia lainnya).

Konflik dalam pemilu adalah konflik berkeadaban. Konflik yang lahir dari kesadaran kolektif bahwa kita membutuhkan "primus inter pares" untuk menjadi pemimpin yang dipilih secara tertib dan fair. 

Konflik yang diatur sedemikian rupa; dikendalikan, dibatasi, bahkan diawasi oleh perangkat peraturan perundang-undangan dan institusi-institusi yang kompeten.

Oleh karenanya biarkan para kontestan berdinamika secara sehat. Keadaban (kepatuhan pada hukum dan perundang-undangan), rasionalitas serta kesadaran dan komitmen kolektif menjadikan kepentingan negara-bangsa di atas segalanya dan melampaui segala bentuk syahwat kelompok dan jangka pendek dari  masing-masing kubu pada akhirnya akan menjadi jalan untuk menyelesaikan konflik.

Masyarakat sendiri cukuplah menjadi warga negara yang bijak tanpa harus menegasikan daya kritisnya. Mengambil sikap dari pilihan-pilihan politik yang tersedia beralaskan kesebangunan antara keadaban, rasionalitas, dan komitmen kebangsaan itu juga.    

Sikap rasional pemilih

Konflik elektoral sebagaimana diuraikan di atas mungkin masih akan terus berlangsung dan kian panas. Terlebih saat memasuki masa kampanye mulai akhir November hingga 3 hari menjelang masa tenang. Selama 75 hari bilangan waktunya, bukan masa yang pendek.

Di tengah suasana konflik sekarang dan nanti itu, selain sikap bijak tadi, Pemilu juga membutuhkan para pemilih yang rasional. Pemilih rasional adalah pemilih yang menggunakan akal sehat dan nalar jernih dalam memutuskan siapa saja yang akan mereka berikan mandat pada hari pemungutan suara nanti.

Akal sehat dan nalar jernih sebagai basis penentuan pilihan itu tentu didasarkan secara kritis pada aspek-aspek yang dibutuhkan untuk proyeksi kemajuan dan kemaslahatan negara-bangsa ke depan yang dimiliki oleh para kandidat. 

Pemilih rasional tidak akan dengan mudah "ikut sana, merapat sini" hanya karena aspek viralitas di media, kemeriahan kampanye di lapangan, relasi kekeluargaan atau kekerabatan para kandidat, besar atau kecilnya gerbong koalisi, warna-warni bendera partai, atau bahkan janji-janji kampanye yang sensasional tanpa uji kritis dan uji nalar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun