Mohon tunggu...
Agus Sutisna
Agus Sutisna Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Dosen | Pegiat Sosial | Menulis berharap ridho Allah dan manfaat bagi sesama I Nominee Kompasiana Award 2024 - Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pemilih Cerdas untuk Pemilu Berintegritas

8 Oktober 2023   13:05 Diperbarui: 9 Oktober 2023   06:30 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menolak politik uang dan politisasi identitas

Salah satu penyakit akut Pemilu adalah adanya praktik politik uang yang dilakukan oleh peserta dan pemilih. Fenomena transaksional ini sangat mengkhawatirkan karena menurt beberapa hasil survei, masyarakat (pemilih) cenderung permisif, mengizinkan terhadap praktik money politics ini.

Padahal semua orang sudah faham bahwa selain tidak dibenarkan berdasarkan kaidah agama, money politics juga masuk dalam kategori pidana Pemilu. Dampak ikutannya di kemudian hari juga jelas, praktik jahat ini telah melahirkan fenomena kejahatan lain berupa korupsi dan berbagai praktik abuse of power lain di pentas kekuasaan.

Para pemilih cerdas dengan tegas, bukan saja akan menolak praktik politik uang tetapi juga berani melaporkannya jika mengetahui ada kejadian ini ke Bawaslu atau Gakkumdu (Penegakkan Hukum Terpadu) Pemilu.

Selain itu para pemilih cerdas juga akan menolak dengan tegas praktik-praktik politisasi terhadap berbagai bentuk identitas primordial, terutama agama, etnik dan ras. Karena mereka sadar sepenuhnya, bahwa politisasi identitas dengan mudah dapat menjerumuskan dirinya ke dalam pertengkaran sosial dan tindakan-tindakan intoleran yang ujungnya bisa membahayakan kohesivitas, harmoni dan keutuhan negara-bangsa.

Partisipatif dan menghindari Golput

Terakhir namun tak kalah penting, para pemilih cerdas adalah mereka yang menyadari sepenuhnya bahwa Pemilu adalah bagian penting dari hajat kenegaraan melalui apa setiap warga negara seyogyanya terlibat aktif menyukseskannya. Keterlibatan atau partisipasi terendah adalah menggunakan hak pilih dengan baik pada hari dan tanggal pemungutan suara.

Mereka akan menolak Golput apalagi mengajak atau menyuruh orang lain untuk Golput. Karena dengan memilih Golput sejatinya seseorang tidak ikut berpartisipasi dalam memilih pemimpin, padahal memilih pemimpin adalah urusan strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemilu, sekali lagi, juga dimaksudkan untuk secara berkala memperbaiki kualitas kehidupan bersama. Dengan menolak partisipasi dan memilih Golput, seseorang sesungguhnya telah memilih untuk tidak peduli terhadap ikhtiar memajukan kehidupan Bersama, kehidupan masyarakat, negara dan bangsa.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun