1. Trotoar tidak akan dilalui kendaraan bermotor, sehingga pedestrian, terutama yang bersama dengan anak-anak, bisa berjalan dengan santai dan duduk dibangku yang tersedia tanpa terganggu oleh kendaraan bermotor.
2. Dimusim hujan, ketika daerah itu banjir, pejalan kaki tidak basah kuyup.
3. Dibawah “trotoar layang” ini dapat ditanam bangunan resapan.
Jika “trotoar layang” dibangun disepanjang trotoar dari Blok M hingga Lapangan Monas, coba saja hitung, berapa ratus bangunan resapan bisa ditanam dibawah “trotoar layang” itu. Bila “trotoar layang” dibangun dibanyak tempat di Jakarta, maka jumlah bangunan resapan yang ditanam dibawahnya bisa mencapai ribuan buah.
4. Tidak akan terlihat lagi tiang listrik dan telpon disepanjang jalan dengan “trotoar layang”, karena semua kabel terjulur dan terikat dibawah “trotoar layang”.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai wewenang dan kemampuan untuk merealisasikan hal ini, tapi agar pembangunan bisa berjalan dengan lancar, sebaiknya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama dengan Pemprov DKI.
Bagaimana realisasinya dilapangan? Siapa yang akan membangun dan siapa yang akan menjadi pengawas? Biasanya swasta yang melaksanakan proyek ini, sebagai pihak pengawas bisa melibatkan Universitas, karena setiap Universitas memiliki ahli tehnik yang berkualitas.
B. Tempat parkir dan sarana lainnya yang memiliki lahan luas
Lahan parkir yang luas banyak ditemukan di Mall maupun di perkantoran. Jika bangunan resapan dapat ditanam dilahan seperti ini, maka akan terdapat ribuan bangunan resapan diseluruh Jakarta.
[caption caption="Tempat parkir mobil yang bisa dimanfaatkan untuk bangunan resapan"]
Sarana wisata untuk masyarakat seperti Kota Tua di Jakarta Utara, memiliki lahan yang luas, tapi hampir seluruhnya tertutup paving blok. Jika dikawasan seperti ini ditanam bangunan resapan, maka air hujan akan dapat segera diserap hingga tidak menyebabkan banjir. Bangunan resapan dibuat disesuaikan dengan kondisi lahan, sehingga tidak mengganggu pejalan kaki.