Mohon tunggu...
Chrisman Saragih
Chrisman Saragih Mohon Tunggu... Administrasi - Anak dua, cucu satu

Lahir di Bandung. Besar di Semarang. Gemar membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata yang konyol ke Italia

12 Mei 2013   18:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 3523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WISATA  YANG  ‘KONYOL’  KE  ITALIA

Liburan musim panas sudah hampir berakhir. Tinggal kira-kira 10 hari lagi, dan kami akan kembali ke bangku kuliah. Beruntung, selama liburan saya mendapat pekerjaan dengan upah yang bagus. Jadi, sekarang saya bisa santai, punya waktu istirahat yang panjang dan punya cukup uang. Pertanyaannya, “mau ngapain nih, selama 10 hari?”

Pada suatu sore, saya bertemu dengan teman, sesama mahasiswa asal Indonesia yang tinggal bertetangga dengan saya.

Gambar 1 : Dibelakang tampak asrama mahasiswa, tempat tinggal saya

Ternyata ia juga sedang bingung, bagaimana menghabiskan masa liburan yang 10 hari lagi. “Yuk jalan-jalan ke Belanda” ajaknya. “Ngapain ke Belanda, tiap minggu kita ke Belanda, beli bumbu masak”, jawab saya. Tiba-tiba muncul ide cemerlang, yaitu liburan kedaerah yang panas di selatan. Pilihan kami jatuh pada Italia. Rencananya kami ke Italia dengan “modal jempol”saja. Maksudnya, kami akan berdiri di pintu Tol, dengan sepotong karton bertuliskan kata “Italia” tergantung di dada, dan jempol kami acungkan setinggi mungkin agar menarik perhatian pengendara mobil. Siapa tahu ada yang berbaik hati membawa kami ke selatan. Terserah kemana, yang penting kearah selatan, sebab Italia ada disana. Tapi akhirnya kami putuskan ke Italia dengan kereta api saja, karena fokus kami adalah berkeliling di Italia.

Dua hari kemudian kami sudah berada didalam kereta api jurusan Italia. Setelah menempuh perjalanan panjang, menembus banyak terowongan di pegunungan Swiss, kami tiba di Milan. Kami terkejut dengan suasana kota Milan yang sangat sibuk dan hingar-bingar, hingga kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Venesia, kota kecil dipantai timur Italia yang kabarnya sangat indah. Ketika kami membeli ticket, ItaliaRail (PT. KA-nya Italia) menawarkan program baru, yaitu “City-to-City Tickets”. Dengan satu ticket kita dapat menjelajah Italia dengan biaya yang murah. Ternyata program City-to-City Tickets masih berlaku sampai sekarang.

"City-to-City Tickets"

Whether you plan to travel on a state of the arthigh-speed service, overnight or simply between two cities within a specific region, ItaliaRail can meet your travel needs with competitive prices on city-to-city (also known as point-to-point) tickets. Thanks to our exclusive discounts, the prices are sometimes even cheaper than buying direct.

With such a variety of train services, only a little planning in advance will get you the right ticket for the right time! If you're not sure whether to buy a pass or tickets, you can find further information to help you decide in our Train Travel Guide

For the best fares throughout Italy, just enter your route into the search box on the left, or select one of our most popular routes from the table below:

FROM

TO

Bologna

Florence, Rome, Milan, Naples, Pisa, Venice

Florence

Milan, Rome, Venice, Naples, Pisa, Bologna

Milan

Florence, Rome, Venice, Naples, Pisa, Bologna

Naples

Florence, Rome, Venice, Milan, Pisa, Bologna

Pisa

Florence, Rome, Venice, Naples, Pisa, Bologna

Rome

Milan, Florence, Venice, Naples, Pisa, Bologna, Rome Airport

Sumber : ItaliaRail

[caption id="attachment_253607" align="alignnone" width="450" caption="Gambar 2. Rute perjalanan yang kami tempuh"]

1368356763106261488
1368356763106261488
[/caption] (sumber: www.italianrail.com)

Tiba di Venesia hari sudah malam, kami langsung cari tempat untuk merebahkan diri di lantai stasiun kereta api untuk beristirahat. Tetangga kami tidur di lantai adalah seorang guru geographi asal Kanada beserta anaknya lelaki berumur 16 tahun. Mereka sedang mengadakan perjalanan keliling dunia, termasuk berkunjung ke Bali, oleh karena itu ia banyak bertanya tentang Bali.

Venesia tidak terlalu berkesan buat kami, sebab suasana kota seperti itu dapat kita temukan di Indonesia. Contohnya kota tua di Semarang, jika dirawat dengan baik, tentu akan seindah  Venesia. Setelah berkeliling di Venesia, kami meneruskan perjalanan ke Florence, kota yang terkenal dengan bangunannya yang indah dan megah. Sore harinya kami bermaksud melanjutkan perjalanan ke Roma, tapi kereta api ke Roma baru ada dipagi hari, jadi kami harus menginap di Florence. Semalaman kami duduk di stasiun menunggu pagi hari, tapi menjelang subuh, saya tidak tahan lagi dan pinggang terasa pegal.  Setelah memantau keadaan sekitar dan saya pikir suasana aman, saya membaringkan diri dilantai, terlindung oleh bangku stasiun yg besar. Entah berapa lama saya tertidur, ketika sesuatu yang keras menyentuh dagu saya beberapa kali. Saya terbangun dan langsung bertatapan mata dengan seorang Polisi Italia yang tampangnya garang. Ternyata ia menyentuh dagu saya dengan ujung sepatunya. Ia memeriksa identitas kami dan kemudian mengancam, jika kami kedapatan lagi berbaring dilantai stasiun, maka kami akan berbaring dilantai penjara. Wah… sadis amat! Kita ini kan Turis!

Perjalan dilanjutkan ke Roma. Disana kami menginap disebuah ‘budget hotel’ dengan biaya terjangkau, berkat informasi sesama Backpacker yang kami temui di Venesia.

1368356967452229952
1368356967452229952

Gambar 3. St. Peter Basilica (sayang fotonya sudah uzur dimakan waktu)

Kami menghabiskan waktu dua hari untuk menjelajahi Roma, kemudian perjalanan dilanjutkan ke Pisa. Setelah mengambil beberapa gambar dengan latar belakang Menara Pisa, kami melanjutkan perjalanan ke Genua, kota terakhir, dimana menurut rencana perjalanan kami berkeliling Italia akan berakhir. Tapi ternyata perjalanan kami masih berlanjut.

Di Genua kami tidur di sebuah terminal truk yang pada sore hari tampak sepi, tapi ketika hari makin larut, makin banyak truk besar yang datang. Suasana jadi ramai dan akhirnya kami bergabung dan ‘ngobrol’dengan para pengendara truk yang datang dari berbagai negara di Eropa. Salah seorang ‘driver’ rupanya sedang dalam perjalanan ke Portugal, melalui Monaco. Ia mengajak kami untuk ikut, dan tanpa ragu-ragu kami setujui. Kapan lagi bisa ke Monaco dengan gratis. Perjalanan dari Genua ke Monaco sangat menyenangkan. Kami menyusuri pantai selatan Perancis yang indah. Setibanya di Monaco kami mengunjung “Casino Royale”, tempat judi terkenal yang juga menjadi judul film James Bond. Tentunya hanya orang yang berpenampilan ‘wah’ dan berkantong tebal, yang diijinkan masuk. Kami sudah merasa beruntung bisa melihat Casino Royale dari luar.

Hari mulai senja ketika hujan turun rintik-rintik. Ketika sedang mencari tempat berteduh, kami mendengar suara music sayup-sayup datang dari sebuah gedung tua. Kami mengintip kedalam. Ternyata gedung itu kosong. Terdengar suara organ tapi tidak tampak seorangpun. Kami masuk kedalam gedung dan duduk dideretan kursi tengah. Rasa lelah, suhu ruangan yang hangat dan suara music yang mendayu-dayu, membuat kami tertidur. Entah berapa lama kami tertidur, dan kemudian terbangun karena mendengar suara langkah orang. Ketika kami melihat sekeliling, ternyata ruangan yang tadinya kosong, sudah hampir penuh oleh manusia. Kami terkejut. Rupanya hari itu hari minggu dan orang-orang datang untuk beribadah. Ditengah-tengah orang-orang ‘bule’ yang berpakaian keren, kami orang asia yang pakaiannya berantakan, tampak sangat mencolok dan menarik perhatian. Kami segera ‘cabut’ alias angkat kaki, sambil mengangguk kiri-kanan. Mereka membalas anggukan kami dengan senyuman yang ramah. Mungkin mereka pikir, kami orang kaya yang baru saja kalah main judi di Casino Royale, hingga jatuh miskin. Padahal kami memang aslinya orang miskin.

Akhirnya kami menemukan tempat favorit untuk tidur, yaitu disebuah stasiun kecil yang sepi. Disitulah rencananya kami tidur, dan besok pagi akan kembali ke Milan, kemudian ke Jerman. Sekitar jam 7 malam, muncul sepasang anak muda. Sang Pemuda, yang kita sebut saja dengan nama ‘Si Ganteng’, perawakannya tinggi besar dan sangat tampan. Jika ia tinggal di Indonesia, saya yakin dia bakal jadi bintang sinetron yang terkenal dan kaya. Dari aksen yang terdengar, kami menduga Si Ganteng adalah pemuda local dan yang wanita berasal dari Amerika. Mereka sangat ramah dan ngobrol dengan kami sambil menunggu kereta tiba. Setelah teman wanitanya pergi, Si Ganteng mengajak kami untuk bermalam di kamarnya. Ternyata ia tinggal di Nice, kira-kira setengah jam perjalanan dengan kereta api, dari Monaco. Kami langsung saja mengikutinya ke Nice.

Setibanya di Nice, kami langsung menuju ketempat tinggalnya, menyusuri lorong-lorong sempit yang bersih dan indah. Kejutan datang tiba-tiba, dan kami waktu itu memang sangat terkejut. Ketika sedang berjalan santai sambil tengok sana-sini, tiba-tiba Si Ganteng menarik kami untuk merapat kedinding, kemudian ia mengintip kelorong didepan. Saya ikut mengintip dan sangat terkejut dengan apa yang saya lihat. Dilorong depan tampak dua Polisi sedang berjalan santai sambil tengok sana-sini. Rupanya mereka sedang patroli. Jika Si Ganteng takut pada Polisi, pasti ia seorang Kriminal. Sekarang kami dalam posisi terjepit. Jika kami lari dari Si Ganteng dan terlihat oleh Polisi, pasti kami dikejar dan ditangkap Polisi. Masalahnya saat itu kami sedang berjalan bersama seorang criminal. Wah… gawat nih! Ketika kedua Polisi menghilang di lorong lain, Si Ganteng menarik kami masuk kesebuah pintu dan naik ketingkat empat. Kami masuk kesebuah ruangan. Diujung ruangan itu tampak seorang berbadan tegap, hanya mengenakan celana dalam sedang berdiri disana. Tubuhnya penuh tattoo. “Waduh…”, pikir saya. “Habislah riwayatku di Nice”. Tapi ternyata Si Tatoo orangnya ramah. Rupanya ia kabur dari negaranya di Eropa Timur dan masuk ke Perancis secara illegal melalui pelabuhan Marseille.

Hari masih pagi ketika kami berkemas untuk pergi, sementara Si Ganteng dan Si Tatoo masih tidur. Kami bergerak cepat dan tanpa suara. Setelah kami siap untuk ‘kabur’ baru kami membangunkan Si Ganteng untuk mengucapkan selamat tinggal. Si Ganteng terkejut dan mencoba untuk menahan kami, tapi kami sudah berada diluar pintu kamar dan segera pergi. Dari rumah si Ganteng, kami berkunjung kepantai, yang menurut berita tiap tahun dikunjungi para artis international yang akan menghadiri festival film di Cannes. Tapi sebetulnya selera wisata kami telah lenyap gara-gara menginap dikamar Si Ganteng. Setelah mendapatkan beberapa foto, kami segera naik kereta dan melalui Milan kami kembali ke Jerman. Selama di Jerman kami jarang bercerita tentang pengalaman di Italia, Monte Carlo dan Nice, karena malu. Gara-gara pingin ngirit biaya, hampir saja hilang nyawa.

Tips & Saran

1.Perjalanan yang kami lakukan berlangsung di tahun 80’an, jadi pasti banyak yang berubah, tapi ternyata program ItaliaRail yaitu City-to-City Tickets masih berlangsung sampai sekarang. Beberapa negara di Eropa memang memiliki program yang serupa, dan program seperti itu cukup menghemat biaya.

2.Rencanakan perjalanan wisata sebaik mungkin dan temukan ‘budget hotel’ dengan biaya terjangkau, hingga dapat menghemat biaya. Murah bukan berarti kumuh, contohnya di Singapura ada ‘budget hotel’ yang memungut biaya S$ 20 per malam (Rp.150 ribu) dengan fasilitas mandi dengan air panas, dapur, lemari es dan breakfast. Ini jelas jauh lebih murah dari pada ongkos hotel di Bandung.

3.Jangan terlalu mengirit biaya yang akibatnya membuat sengsara dan bahaya, contohnya saya.

4.Jangan gampang percaya kepada orang yang baru kenal, meskipun penampilannya ganteng atau cantik seperti pemain sinetron

Chrisman Saragih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun