Mohon tunggu...
AL BANA
AL BANA Mohon Tunggu... profesional -

Hanya seorang penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Perut Calon Gubernur

15 September 2012   06:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:26 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atmosfer perpolitikan kian memanas, tak elak para kandidat membutuhkan team yang bersinergi untuk membantu memenangkan disaat pemilihan berlangsung nantinya. Dan tidak sedikit biaya yang dibutuhkan untuk dapat duduk di kursi kekuasaan. Mulai dari media publikasi, promosi dan pencitraan dimasukan kedalam item estimasi anggaran. Segala upaya dijalankan dan segala cara dihalalkan, para kandidat pun membayar mahal para juru kampanye, meskipun ada yang menawarkan gratisan atau bayar dibelakang, yah, nanti ketika kemenangan sudah ditangan.

Perang spanduk dimulai, sejuta janji diumbar demi kursi kemenangan. Lobi-lobi dan upeti hal yang wajar, meskipun jargon yang dipakai “ ANTI POLITIK UANG” dan menawarkan pembelaan untuk warga. Para relawan harus rela memasuki pelosok perkampungan, menyuarakan satu pilihan, entah benar-benar relawan atau ada udang di balik bakwan. Visi dan misi serta program kerja bekal yang dititipkan dan menjadi ad lib tatkala bertatap muka dengan masyarakat. Mirip sales yang menawarkan product knowladge dengan keunggulan barang dagangannya. Ternyata rakyat tidak bodoh dan mereka sudah mulai cerdas dengan hak pilihnya.

Tidak seperti biasa, ruang pertemuan begitu sesak dipadati warga. Mereka datang dengan almamater yang berbeda, mulai dari tokoh agama, remaja, masyarakat dan penduduk biasa. Puluhan motor terparkir begitu semrautnya, tak pelak memancing rasa keingintahuan bagi mereka yang hanya sekedar melintas di depan gedung sederhana itu.

Susunan acara dan undangan dibuat ‘mendadak’ dan begitu sederhananya. Di buka oleh MC dilanjutkan serangkaian sambutan-sambutan. Itu pun hanya tiga tokoh penting saja dalam kepengurusan komunitas warga. Sang tokoh masyarakat hanya memberikan kata pengantar, maksud dan tujuan, mengapa meraka dikumpulkan? Selebihnya diserahkan team sukses untuk memimpin jalannya acara. Yah, hanya mempersentasikan visi, misi serta paparan program kerja sang CAGUB.

Acara berlangsung hampir tiga jam, hanya mendengar ocehan team-ses dengan kata pembuka,” andai si A terpilih jadi gubernur, maka ia akan memberikan kartu miskin, berobat serta biaya pendidikan digratiskan. Walau hanya sebatas wacana dan harapan ketika ia terpilih nanti.  Pertemuan ini untuk pertama kali dan akan ada pertemuan ke dua, tidak menutup kemungkinan ada pertemuan ke tiga sebagai langkah kepastian.

Di malam ke dua, warga yang datang berkurang 60 % dari jumlah di malam pertama. Panitia yang mengundang tertunduk malu dan tidak tahu apa yang menyebabkan hal ini terjadi, mau tak mau agenda harus dijalankan, team-ses terlihat kehilangan kepercayaan diri, mulutnya mulai kering karena letih memaparkan program kerja dan masih dengan janji-janji. Warga walk out....

Otomatis pertemuan ke tiga akan lebih miris lagi nantinya. Dua tokoh penggerakan massa nampak ‘mati langkah’ dan tak tahu lagi, bagaimana menyiasati dan meyakinkan warga kembali.

Ada calon gubernur lain datang, si tokoh terlihat kikuk, karena ia tahu teramat sulit meyakinkan warga nya kembali.

“Maaf pak, kami datang bukan untuk mengumbar janji  dan memaparkan visi-misi   palsu. Bisakah bapak membantu kami untuk menyediakan lokasi?  Tak perlu luas dan lapang, hanya seukuran 4 x 2 meter saja.”

“Oooh kalo cuma itu mungkin kami bisa sediakan.”

Selepas adzan maghrib, mereka pun datang kembali. Satu mobil van putih dengan cuting sticker bertuliskan, ‘MAKAN MALAM BERSAMA CALON GUBERNUR NO SEKIAN, GRATIIIIIS!!!”



Tak perlu berteriak dengan pengeras suara, tak perlu repot si tokoh membuat undangan tanpa disuruh pasti warga akan datang dengan sendirinya.

Calon gubernur pun melemparkan senyum hangat sambil mengusap kepala seorang bocah yang duduk semeja denganya. Empat ratus lebih warga ikut ambil bagian dalam acara makan malam bersama CALON GUBERNUR.

KONTAN, tanpa disuruh memilih dengan kesadaran dan panggilan hati nurani warga siaaaaap!! Menggunakan hak suaranya memilih beliau. Yah, karena mereka butuh realita nyata yang sederhana.

Hasan Al Bana A Lubis

Email akualbana@live.com

Follow @akualbana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun