Bukan pemandangan yang asing, dan rasanya sudah berkali-kali kita mengalami kenaikan harga BBM, berkali-kali juga begitu resahnya, khawatirnya, dan ketakutannya kita menyikapi panorama demikian adanya.
Kita harus rela antri panjang, bergeliat dengan kekesalan, bersahabat dengan puluhan orang yang begitu resah, begitu khawatir dan ketakutannya hanya demi mendapatkan selisih harga beberapa ribu rupiah saja, menanti pukul 12 malam. Keesokan harinya tengki bensin kembali kosong dan kita pun mau tidak mau mengikuti harga yang berlaku.
Taruh saja kapasitas tengki bensi kendaraan roda dua yang kita miliki hanya 10 liter, jika kita mengharapkan keuntungan 20.000 saja dari harga bensin yang keesokan harinya kita akan menghadapi harga bensin Rp. 85.000 dari harga lama Rp. 65.000, yaah, keuntungan kita hanya pada saat malam sebelum pukul 12, apakah keesokan harinya kita peroleh harga yang sama dengan semalam? Tidak sama bukan?? Lalu mengapa kita khawatir, resah dan ketakutan dengan kenaikan harga tersebut?!
Coba perhatikan harga bensin yang berlaku di negara-negara di bawah ini :
Standar dollar yg berlaku Rp.12.000.( Nov 2014 )
1. Russia, US$ 3,47 ( -/+ Rp. 41.000 )
2. United States, US$ 3,29.                      (-/+ Rp. 39.480 )
3. Meksiko, US$ 3,22 (-/+ Rp. 38.640 )
4. Malaysia, US$ 2,36 ( +/- Rp. 28.360 )
5. Nigeria, US$ 2,34 ( +/- Rp. 28.080 )
6. Iran, US$ 2,15 ( +/- Rp. 25.800 )
7. Uni Emirat Arab, US$ 1,77Â ( +/- Rp. 21.240 )
8. Mesir, US$ 1,14 (+/- Rp. 17.280 )
9. Kuwait, US$ 0,81( +/- Rp. 9.800 )
10. Saudi Arabia, US$ 0,45Â ( +/- Rp. 5.400 )
Selisih yang tidak seberapa dengan negara produsen minyak lainnya. Mengapa kita harus rela antri berjam-jam dengan puluhan bahkan ratusan orang yang ketakutan, khawatir dan resah dengan kenaikan harga BBM.
Tidak puas dengan keputusan kenaikan tersebut ramai-ramai menggelar demonstrasi besar-besaran, atas nama rakyat katanya!!! Rakyat yang mana????Rakyat yang mengkonsumsi BBM untuk sektor industri atauuuuu rakyat yang hanya membeli bensin eceran dan mendapatkan subsidi kesehatan, pendidikan dan fasilitas infrastruktural flyover misalnya, pembangunan gedung sekolah yang hampir reyot?!!! Pembangunan desa-desa tertinggal…ataaaau yang dimaksud rakyat yang menjilat keringat-keringat buruh pabrik dan memakan bensin subsidi untuk perusahaan raksasanya?!! Yang bagi mereka kenaikan bensin hanya seujung kuku dari aset perusahaan yang bernilai miliaran rupiah, yang mampu membayar para demonstran menentang kenaikan BBM.
Apakah anda masih menenatang? Disaat subsidi yang dimakan para mafia-mafia migas??? Apa kita tetap menentang kenaikan BBM yang dinikmatin segelintir para pengusaha yang mendulang mutiara dari kecutnya keringat para buruh?! Dari hitamnya wajah-wajah yang bersembunyi dari cerobong dan asap pabrik??!! Masikah kita mentang??! Demi membangun ekonomi rakyat miskin?!!!Dan menjadi pembela para penguasa industri dan bermain dengan subsidi BBM yang mereka telen habis-habisan??!!!
Apa kita harus rela berjibaku dengan teriknya matahari dan berteriak lantang….TURUNKAN HARGA BBM SEKARANG JUGA!!!! Dan mengorbankan subsidi bagi ratusan ribu anak-anak yang tidak sempat mengenyam dan mencicipi pendidikan yang layak….Terlepas dari pro dan kontranya siapa yang menjadi kepala negara dan situasi politik….DEMI JUTAAN rakyat miskin, demi tata kota dan fasilitas umum yang sama-sama kita nikmati, demi jutaan anak-anak di pelosok negeri yang tidak mengenal papan tulis dan kapur….
(Bandung, 18 November 2014 disaat rakyat resah dengan kebijakan presiden Jokowi menaikan harga BBM )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H