"Hidup itu kayak makanan. Dalam satu piring lu bisa ngerasain makanan yang sepahit-pahitnya atau seasin-asinnya, kalau lu makannya sendiri."Â Dialog ketika menikmati nasi campur di sekitaran Pelabuhan Tanjung Perak - Surabaya.
Tour Kuliner bersama Komik
Seakan mewakilkan visualisaai film yang mengangkat seputar Kuliner, bersama teman-teman dari Komik Kompasiana sebelum nonton bareng 'Aruna dan Lidahnya' Kami eksplorasi beberapa kuliner di kawasan Blok M pada 29 Â September 2018.
Dibagi ke dalam beberapa kelompok, kami menyebar ke tempat-tempat sajian hidangan ada yang di kawasan Melawai itu. Saya satu tim bersama Valka, Ka'Nuty dan Ka'Ocha. Kami memesan santapan bertema nusantara.
Setelah melihat-lihat beberapa sajian kuliner disana pilihan Saya jatuh pada Nasi Pecel Madiun. Seakan melepas kerinduan dengan santapan di dalam kereta hendak menuju ke kota Malang. Panganan pecel ini sebenarnya cukup banyak juga dikenal di berbagai daerah lainnya, namun yang cukup ternama kebanyakan adalah pecel Madiun.
Secara umum hidangan yang ada di depan Saya ini berisi sayuran kangkung, kemangi, kacang panjang, tauge kol. Terakhir ditaburi sedikit serundeng dan sambal kacang dengan pelengkap rempeyek dan tempe mendoan. Untuk rasanya cukup enak, tidak asin dan tidak terlalu pedas ternyata cukup aman disantap meski saat itu Saya belum sempat sarapan.
Saya juga memesan Es Pisang Ijo, kudapan asal kota Makassar yang sudah cukup terkenal. Keunikannya dari Es pisang Ijo ini adalah pisang yang dibalut adonan tepung yang berwarna hijau. Ketika disajikan, pisang ijo dipotong-potong lalu diberi santan yang kental sekilas mirip bubur sumsum, kemudian dituang sedikit sirup merah dan susu kental manis. Rasanya cukup menyegarkan.
Yang unik dari cerita Pisang Ijo ini bagi Saya, bermula mengenalnya beberapa tahun silam ketika masih bekerja di sebuah perkantoran. Yang uniknya manager dari divisi tempat Saya bernaung, selalu memberikan es pisang Ijo kepada seluruh staff setiap hari lahirnya. Dari situ Saya baru tahu ada kudapan unik ini karena di domisili Saya tinggal belum banyak yang menjual tidak seperti es cendol yang mudah ditemui.
Film bertema kuliner di Indonesia memang belum terlalu banyak tapi bukan berarti tak ada sama sekali. Jauh sebelumnya ada film Tabula Rasa dengan konflik yang tentu saja sangat berbeda. Itu kian membuktikan bahwa kuliner dan film bisa disatukan dalam suatu hasil karya.
Dengan semakin populernya kuliner banyak hal terjadi dalam bidang ini. Mulai dari jenis bahan baru, kuliner artistik, Â hingga kehidupan seorang chef yang kerap menjadi daya tarik untuk diangkat menjadi sebuah cerita. Disamping itu bagi pencinta kuliner, menonton film kuliner bisa menjadi sumber inspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H