Panganan warga Tiong Hoa yang menjadi kuliner khas di Singkawang - Kalimantan Barat ini sudah cukup terkenal. Tekstur kulitnya kenyal, karena terbuat dari tepung sagu dan tepung beras.Â
Untuk isiannya berisi sayuran, sebagai pelengkap ada yang menambahkan dengan ebi atau bangkuang. Proses pembuatannya dengan dikukus hingga matang, kemudian dilumuri minyak bawang dan ditaburi bawang putih goreng. Biasanya makanan ini disajikan dengan saus pedas manis.
Selain itu ada juga Rujak Soto (Banyuwangi), Kacang Kuah Tahwa (Surabaya), Campor Lorjok (Pamekasan - Madura), Pengkang (Pontianak), Mie Kepiting dan Mie Loncat (Singkawang).
Ragam makanan tersebut ditampilkan secara detail secara visual oleh Edwin selaku sutradara dalam film ini, terekspos melalui bagian-bagian rinci di setiap sajian hidangan.Â
"Hati-hati jangan terlalu antipati, ntar simpat, terus empat, terus jatuh hati". Salah satu celetukan seorang Bono kepada Aruna yang kontan mengundang tawa.
Konflik percintaan juga tak lepas dari keempat tokoh utama yang pada akhirnya membawa mereka pada ujung kepastian. Perjalanan pencarian Aruna untuk melepaskan rasa di lidahnya yang tampak bermasalah.Â
Membuat Bono menjadi lebih berani terhadap perasaannya, Farish yang tidak lagi labil, dan Nad yang akhirnya percaya pada sebuah ketulusan. Kisah romansa yang terjadi antara Aruna-Farish serta Bono-Nad begitu elegan dan tidak terlalu drama, semua pas dalam porsi wajar.
Aruna dan Lidahnya diproduksi oleh Palari Films dengan produser Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia. Dialog yang unik tak lepas dari penulis skenario oleh Titien Wattimena. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Laksmi Pamuntjak ini menyajikan tipe film yang tak biasa. Seluruh film ini diceritakan dari sudut pandang Aruna menunjukkan suara hatinya dengan visual yang tak sekedar sebagai tokoh tetapi juga narator yang menginformasikan cerita seakan bicara terhadap penonton melalui ekspresi wajah yang ditampilkan sempurna oleh aktris pemeran Cinta dalam film Ada Apa Dengan Cinta.
Mulai tayang 27 September 2018, mengangkat cerita empat karakter seorang dengan gaya usia 30 tahunan. Tema film yang masih jarang untuk di eksplorasi para sineas di sajikan cukup apik melalui film ini. Rasanya poin 8/10 layak disandangkan untuk film Aruna dan Lidahnya.
Kesimpulan sederhana yang bisa di tarik dari film ini bahwa suasana hati cukup mempengaruhi rasa makanan yang di cecap. Dan hal itu benar adanya, sebuah makanan yang bahkan sangat biasa pun bisa terasa istimewa di kala hati tengah bahagia pun begitu sebaliknya. Ada salah satu dialog dari Bono yang menurut Saya cukup berfilosofi,