Ketika film menjadi pemersatu budaya antar bangsa, dimana Ia merupakan sebuah media yang mengambil sudut pandang dari beragam sisi. Tayangan yang dapat disaksikan dan dirasakan tak terkecuali memberi pengalaman yang luas bagi penontonnya tanpa harus langsung mengalami.
Adalah Korea Indonesia Film Festival (KIFF) dengan perannya memperkenalkan kehidupan sosial, kebudayaan masyarakat Korea Selatan, begitu juga sebaliknya untuk Indonesia melalui festiva film. Pagelaran ini merupakan bagian dari Korean Cultural Central Indonesia (KCCI) yang telah diresmikan sejak 18 Juli 2011. Biasanya pendekatan yang dilakukan dengan berbagai pameran seperti pementasan tari tradisional dan kontemporer, serta berbagai kesenian lainnya.
Bertempat di CGV Grand Indonesia, Thamrin - Jakarta pada 14 September 2017 lalu, bersama Kompasianer Only Movie Klub (KOMIK) Saya berkesempatan menjadi bagian dalam kemeriahan opening ceremony KIFF 2017. Turut dihadiri oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Mr. Cho Taiyoung, Mr. Jeff Lim selaku CEO CGV, dan Morgan Oey salah satu aktor dimana filmnya berkesempatan diputar dalam ajang acara tersebut.
Untuk Indonesia, tema yang dipilih dalam ajang tersebut sangat beragam seperti komedi, drama, dan biografi sejarah. Adapun tiga film Indonesia yang terpilih antara lain, Sweet 20, Bukaan 8 dan Kartini. Kesemuanya merupakan film terbaru yang diputar tahun ini di ranah bioskop tanah air.
Di sisi lain, selama ini film asal negeri gingseng tersebut identik dengan romansa dan drama. Tetapi untuk filn yang diputar dalam KIFF 2017 menawarkan tayangan yang mengangkat kisah biografi, tharailler, action, teatrikal hingga animasi. Beberapa diantaranya The Portrait of A Poet (2016), The Battleship Island (2017), The Road Called Life (2014), Sim Chung (2017) dan beberapa lainnya.
Penggemar film, jangan sampai melewatkan acara seru ini. Untuk menonton film-film tersebut harga tiketnya pun sangat terjangkau hanya dengan seharga 15 ribu rupiah untuk Jakarta dan Bandung, serta 10 ribu rupiah untuk Medan dan Surabaya. Tiket tersedia via website resmi www.GGV.id , tiket box dan aplikasi CGV Cinemas yang bisa di download di Playstore.
Yang cukup menarik perhatian Saya, adalah logo dalam pagelaran Korea Indonesia Film Festival 2017 yang memadu padankan dalam satu gambar sebuah alat roll film, bersama simbolisasi Korea dengan Rumah Hanok dan Gadang untuk Indonesia. Seakan mewakilkan pengenalan dan pemersatuan antar bangsa melalui film.
Movie Screening "A Day"
Tapi, disisi lain Kim Joon-Young bukanlah sosok yang menyenangkan bagi anak perempuannya, Eun-Jung. Karena kesibukan dan padatnya agenda, Sang Dokter jarang memiliki waktu berkualitas bersama putrinya. Tanpa diceritakan keberadaan istri atau Ibu bagi Eun-Jung menjadikan film ini sedikit janggal bagi Saya.
Suatu hari, Kim Joon-Young harus melewati hari menyakitkan baginya dimana Ia menjadi saksi kematian putrinya karena kecelakaan di depan matanya. Sejak saat itu, hari yang sama terjadi berulang kali dan Dia terus berjuang untuk menemukan rahasia yang terjadi pada hari itu bersama dengan supir ambulans Lee Min-Chul dimana istrinya pun menjadi korban dalam kecelakaan pada tragedi tersebut. Disamping ada pula seorang supir taksi yang menjadi kunci dari setiap kejadian yang mereka alami.
Film ini meraih box office di negara asalnya, ceritanya memang cukup menegangkan ketika memasuki scane klimaksnya. Namun, Saya agak kurang menikmati jalannya film karena adegan yang berkali-kali diulang, meski dengan beberapa perbedaan namun berasa sedikit membosankan.
Agak diluar ekspektasi, awalnya Saya mengira film "A Day" akan mengisahkan cerita manis hubungan seorang ayah serta putrinya. Dan genrenya pun lebih ke fiktif. Tapi, disisi lainnya film ini membawa pesan, sesibuk apapun sediakan waktu bagi keluarga, karena waktu yang berharga tak selalu kembali dan tidak selamanya kesempatan datang untuk kesekian kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H