Mohon tunggu...
Terry Janu
Terry Janu Mohon Tunggu... Psikolog - bloger

perantau yang datang jauh dari Manggarai Flores, mencari sepiring nasi untuk persiapan agar tetap bisa bernafas esok. mencar ilmu menambah wawasan kini sebagai sampingan sebab memenuhi panggilan kampung tengah menjadi prioritas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemanusiaan dan Pemanusiaan

21 Januari 2011   07:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:19 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena sosial dan kemanusiaan di sekitar kita tidak jarang membuat jengkel, pusing kepala bahkan tidak dapat dimengerti, karena seharusnya hal itu sudah dapat dipacu menuju sosok idealnya dengan jalan memberi perlakuan khusus melalui wahana yang valid. Kenyataannya hal itu masih begitu-begitu saja. Semisal ketika era reformasi digelindingkan menyusul runtuhnya rezim orde baru, terbesit harapan agar pemerintahan kita dapat memacu diri bersama rakyat untuk segera mengubah keadaan, bangkit dari keterpurukan sosial, politik, hukum dan ekonomi. Apa yang kita saksikan, harapan itu masi sebatas get atau angan angan doang untuk tidak disebut sebagai terus mengalami kemerosotan.

Mungkin inilah yang oleh Bertrand Russell disebut sebagai fenomena status quo dan orang rela berjuang demi melestarikannya. Orang-orang pemerintahan menurut Bertrand Russell cenderung untuk melestarikan manusia seperti ini dengan menyisihkan semua tipe lain. Memang, pada " masyarakat yang sakit", "orang-orang yang sakit" akan mengambil keuntungan darinya. Sayangnya "orang-orang yang sakit" ini memiliki peluang luas untuk mempertahankan status quo, seperti apa yang diinginkannya.

Ketika kita berbicara mengenai fenomena kemanusiaan dan pemanusiaan, pada intinya kita berdiskusi tentang pendidikan, pelatihan, atau pertumbuhan diri secara individual. Juga, bagaimana kita mampu mentransformasikan proses pendidikan dan pembelajaran secara bermutu. Pendidikan yang dimaksudkan di sini tidak hanya sekedar pendidikan formal, atau pandidikan persekolahan, melainkan juga pendidikan seperti apa yang disebutkan oleh Ivan Illich (1972) sebagai jaringan-jaringan kemasyarakatan dan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai pendidikan Alternativ, proses pendewasaan sehingga tidak menghasilkan intelektual tukang seperti produk pendidikan masa kini, yang yang pada masannya dulu sangat dibenci Belanda dan dianggap terlarang; haram. Pada jagad praksis seperti ini pendidikan sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan, banyak ranah yang seharusnya bisa dipicu lebih cepat, ternyata bergerak amat lamban. Disinilah esensi pendidikan sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan.

Agenda - agenda pokok harus kita bahas adalah :

1. Pendidikan sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan, adalah persoalan bagaimana pendidikan sebagai proses pemanusiaan, kelemahan mendasar pendidikan kita, pendidikan sebagai instrumen humanitas, dan bagaimana pendidikan dikaitkan dengan peta abilitas manusia.

2. Prakarsa mutu pendidikan, yaitu bagaimana pendekatan permiabilitas pendidikan, pembelajaran berbasis teknologi, "privatisasi" sekolah pada era otonomi, komodotisasi pembelajaran, reformasi sekolah pada desa global, dan aplikasi proses fabrikasi dalam reformasi sekolah.

3. Pendidikan sebagai pembentukan moral bangsa, dengan agenda utamanya adalah masyarakat dan multikemiskinan, korupsi dan moralitas pendidikan, membangun masyarakat bermoral dan pendidikan moral.

4. Pendidikan yang bermutu seperti agenda pendidikan bermutu, kebijakan mutu pendidikan, sekolah sebagai ujung tombak proses pemanusiaan, dan beberapa fenomena pendidikan dan pembelajaran.

5. Humanisasi dan fenomena kehidupan anak. Dalam poin ini ada beberpa persoalan yang selalu menjadi perbincangan banyaka orang adalah humanisasi anak, dilema edukasional permainan anak, sindroma surga bagi anak selebritis, dan fenomena global pelacuran anak.

6. Pendidikan alternativ dan fenomena kehidupan sosial, dengan substansi kriterium politik dan budaya pendidikan, maslah kimia sosial dan visi kemanusiaan, termasuk wacana kedamaian pada era milenium.

7. Pendidikan humaniora dan fenomena keguruan, serta komitmen dan kinerja tenaga pengembang di bidang pendidikan.

8. Kuantum pembelajaran, beberapa anomali kehidupan, dan agenda proses pemanusiaan.

Created by : Walteriano R.J Pangul ( Terry/ Techan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun