Seringkali sebuah kata,bisa diartikan mewakili sebuah subjek tetentu,yang expresi setiap   orang  tidak bisa kita kontrol,misalnya PENYANYI,di benak orang pasti,berbeda saat mengucapkan kata Penyanyi,kalau saya langsung berimaginasi secara sekilas tentang Agnes Monica,Anang Hermansyah..mungkin orang lain langsung berpikir Inul,Julia Peres,Rhoma Irama,dan lain- lain.
Marilah,sebagai pesan moral untuk masyarakat,serta anak keturunan kita,bahwa,tndakan Korupsi,Makelar Kasus di manapun juga,kapan pun juga adalah tindakan hina,tindakan yang sangat di benci oleh masyarakat luas,juga Negara apalagi Agama.
Pemikiran sederhananya adalah,jangan sampai saat orang menyebut Para Koruptor,para Makelar Kasus yaitu dengan sebutan MARKUS, yang terbersit di benak atau pikiran mereka hanya sosok GAYUS TAMBUNAN saja, tapi biarlah dengan mengganti kata CAKUS, maka yang muncul adalah bayangan WC yang bau,TOILET yang notabene adalah tempat paling hina,yaitu tempat membuang kotoran manusia.....dan secara tidak langsung hal ini bisa menjadi hukuman secara moral,bahwa Korupsi atau menjadi CALO KASUS, adalah pekerjaan yang paling HINA di dunia.
2.Kemudian alasan yang kedua adalah,untuk menghargai dan bentuk toleransi yang nyata kepada umat Nasrani/Kristiani/Khatolik, walaupun mungkin sebutan MARKUS (makelar kasus)
selama ini pun tidak serta merta membawa pengaruh buruk bagi Umat Kristiani pada khususnya.
MARKUS dalam agama Kristiani adalah nama alkitab mereka..yaitu Injil MARKUS..sangatlah tidak bijak kita sebagai umat beragama membiarkan sebuah Imaginasi terbentuk,manakala Umat Kristiani sedang membaca Injil MARKUS,bisa saja muncul secara tiba-tiba di benak mereka adalah para GAYUS- GAYUS..yang lain..
Sekali lagi saya tandaskan hal ini hanyalah,sebuah usulan,inspirasinya adalah Biarlah sebuah Tindakan atau perbuatan yang patut kita anggap HINA,atau buruk,marilah kita sematkan Logo atau SEBUTAN NAMA yang sesuai dengan perbuatan itu....jadi Makelar Kasus bisa kita ganti dengan...." CALO KASUS ".....atau CAKUS ( di baca KAKUS )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H