Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelisik Kehidupan Purba di Situs Patiayam, Kudus Jawa Tengah (Bagian I)

23 November 2024   23:26 Diperbarui: 24 November 2024   11:07 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mural di Rumah Makan Noroyono (Sumber: Koleksi Pribadi)

Sekitar 400.000 tahun yang lalu, ketika Pulau Muria masih terpisah dengan Pulau Jawa, terjadi letusan gunung yang sangat dahsyat. Gunung tersebut adalah Gunung Muria. Pada saat yang sama, seekor gajah jenis Elephas namadicus berjalan di sebuah lereng terbuka di sisi Barat, Gunung Slumprit. Langkah gajah tersebut terhenti untuk selamanya karena letusan Gunung Muria yang sangat kuat. Hujan material vulkanik, tufa, pasir, krikilan yang sangat tebal telah mengubur gajah tersebut.

Ratusan ribu tahun berlalu, pada tahun 2007, ketika tiba para peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menyingkap kembali endapan abu vulkanik yang saat ini demikian mengeras, sedikit demi sedikit menampakkan kembali rangka gajah purba itu. Situasi anatomi tulang belulang mengisyaratkan bahwa rangka gajah ini tidak pernah bergeser. sejak kematiannya , sesaat setelah diterjang badai letusan, Gunung Muria yang dahsyat pada 400.000 tahun silam dan ini merupakan sebuah penemuan yang cukup spektakuler karena sebagian besar tulangnya ditemukan. (Sumber, Widianto, 2011).

Kisah 400.000 tahun silam di atas, saya dapati tertempel di dalam Museum Purbakala Patiayam dan sengaja saya tulis lagi sebagai pengingat, bahwa selain Sangiran dengan empat klasternya dan Trinil di Sragen, Wajak di Tulungangung, juga Mojokerto, ternyata di pesisir Utara Jawa Tengah juga terdapat bentang alam yang luas yang mengubur peradaban purba di masa lalu. 

Tepatnya di sekitaran Kudus dan Pati, Jawa Tengah. Dikenal sebagai Situs Purba Patiayam. Terletak di Pegunungan Patiayam, Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. 

Banner kisah 400.000 tahun di Museum Purbakala Patiayam (Foto Koleksi Pribadi)
Banner kisah 400.000 tahun di Museum Purbakala Patiayam (Foto Koleksi Pribadi)

Perjalanan Ke Kudus

Sekitar Tahun 2013 dan 2014, saya pernah pernah menelusuri jalur pesisir Utara Jawa. Melintas di jalan Pantura. Jalan yang dibuat atas perintah Daendels, yang dikenal sebagai Jalan Raya Pos atau De Groote Postweg. Saat itu, kondisi jalur Pantura demikian menyesakkan. Penuh dengan kendaraan besar dan berat yang melintas dengan asap tebal, hitam pekat memenuhi atmosfer. 

Ditambah kondisi jalan yang rusak parah di beberapa ruas. 

Menjadikan perjalanan demikian menjemukan. Kendaraan jadi lambat dan sering macet. Sopir harus ekstra hati-hati dan tahan banting. Lubang-lubang di tengah jalan yang menganga, membuat sopir dan penumpang beberapa kali harus terjungkal-jungkal dan kadang terpingkal-pingkal di dalam kendaraan. Alhasil dari rumah sampai Jakarta, ditempuh selam 23Jam! Itu dulu.....(Baca: Menempuh 900Km, Telusuri De Groote Postweg, demi Kompasianival)

Kali ini, ada undangan pernikahan dari guru perempuan yang mengajar di sekolah saya. Memilih akad nikah dan resepsi pernikahan di Kudus. Karena beliau kelahiran Kudus dan orangtuanya juga tinggal di sana. Jarak dari rumah ke Kudus sekitar 361 km. Ditempuh paling cepat 5 jam 52 menit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun