Apakah dulu daerah Kesiman ini merupakan sebuah Sima, yakni sebidang tanah produktif yang dihadiahkan oleh penguasa ke masyarakat setempat yang hasilnya digunakan untuk merawat sebuah bangunan suci? Masih perlu dicari bukti pendukungnya. Hingga saat ini belum ditemukan catatan atau prasasti yang mengarah ke sana.
Kedua, saat ekskavasi sebelumnya, selain  ditemukan banyak batu candi dengan motif sulur dan Antefiks, juga ditemukan artefak menarik berupa Burung Berkepala Manusia. Artefak ini dikenal sebagai Kinarra, jika berkelamin laki-laki.Â
Disebut Kinarri jika wajahnya berkarakter wanita. Artefak ini merupakan makhluk surgawi yang dikenal dalam mitologi HIndu-Budha. Melambangkan keabadian cinta kasih dan kesetiaan. Ini juga belum bisa digunakan untuk menyimpulkan kaitan antara candi dan pemanfaatannya.
Namun, ekskavasi ketiga di Candi Kesiman, memunculkan temuan menarik. Pertama ditemukan sesosok arca kecil berbentuk Burung Garuda yang menoleh ke kanan. Umumnya, artefak atau relief batu candi yang distilir dengan figur utama berwujud manusia berkepala burung, lazimnya merujuk kepada cerita Garudeya.Â
Cerita ini secara singkat mengangkat peristiwa berjuangnya sosok Burung Garuda yang membebaskan ibunya yang bernama Dewi Winata dari perbudakan oleh Kadru, induk dari  bangsa Ular/Naga. Cerita Garudeya dipahatkan sebagai relief utama di Candi Kidal, Malang. Juga bisa ditemui di relief-relief Candi Sukuh, lereng Barat Gunung Lawu, Karanganyar.
Jika berpijak pada cerita Garudeya, maka bisa ditafsirkan bahwa candi yang dibangun ini merupakan bangunan suci di masanya. Cerita Garudeya dikenal sebagai cerita pembebasan dari keangkaramurkaan. Maka, candi yang demikian ini kadang  digunakan untuk meruwat, atau candi pangruwatan. Meruwat adalah semacam kegiatan spiritual untuk menghindarkan diri dari marahabaya atau menghindarkan diri dari bencana.
Penggalian hari berikutnya ditemukan lagi Kepala Kala, yang biasanya menghias ambang atas pintu masuk sebuah candi. Masyarakat Jawa kuno dulunya memang meyakini bahwa Kepala Kala ini mampu mengusir roh-roh jahat atau menghindarkan dari bencana.Â
Diikuti temuan menarik lainnya berupa potongan batu berukir sosok seorang wanita. Bahkan ada dua potongan batu yang diukir menonjolkan unsur kewanitaan.Â
Ukuran batu tidak terlalu besar. Panil lain yang berkaitan dengan relief wanita ini belum ditemukan secara utuh. Sehingga tidak diperoleh cerita tentang apa dari potongan panil relief tersebut.